PELUANG MENULIS OPINI DI KORAN
Materi eksklusif ini disampaikan dalam “Diklat Writing Course for Citizen
Reporter Year 2008” yang diselenggarakan PPWI di Jakarta Media Centre
(JMC)-Gedung Dewan Pers—Jln. Kebon $irih Raya No. 32-34 Menteng, Jakarta Pusat
(7-8 April 2008)
A. Prolog
Ratusan $URAT KABAR, majalah&harianonline berjubel di
Nusantara—detik ini. Bahkan TREN terkini bermunculan koran-koran baru. Itu
artinya, pihak redaksi koran-koran itu membutuhkan KARYA TULI$ (artikel,
cerpen, puisi, resensi dll.) para penulis dari luar redaksi—seperti Anda,
selain wartawan media massa bersangkutan. Bukankah semua itu adalah
peluang BISNI$ via tulisan menjadi kian terbuka lebar?
Penulis profesional BUKAN dilahirkan (tertakdirkan) dari bakat alam. Melainkan
profesi yang hanya kuasa diraih via proses PENEMPAAN&latihan yang
bersungguh-sungguh dalam jagat kepenulisan.
B. Rubrik Opini, What?
Rubrik OPINI merupakan salah satu kolom khusus surat kabar
yang disediakan pihak redaksi—sengaja diperuntukkan bagi UMUM (para penulis
dari luar redaksi koran). Dalam hal ini—penulis Rubrik Opini (KOLUMNI$)
diberikan kebebasan dalam menganalisis problematika teraktual yang sedang
dihadapi masyarakat.
Konsekuensi logisnya, muatan isi tulisan artikel (opini) lebih bersifat
$UBYEK-tif. Kendati begitu tetap mengedepankan unsur OBYEK-tivitas&dalih
yang LOGI$. $ejumlah surat kabar menamakan Rubrik Opini mereka dengan
sebutan Rubrik Gagasan, Wacana, Forum&sebutan lain.
C. Anatomi Naskah Opini, How?
Bila dipetakomplikan—secara garis besar, ANATOMI (bagian-bagian sentral) naskah
opini (artikel) terdiri atas pembukaan (pendahuluan), isi (tubuh)&penutup
(simpulan). Merujuk pendapat Markus G. $ubiyakto dalam buku berjudul ”Kiat
Menulis Artikel” s-4 (baca; sempat) menyodorkan 8 parameter—yang bisa
dijadikan pegangan pokok bagi para kolumnis.
Delapan pegangan dasar bagi penulis ARTIKEL itu antara lain:
a. TOPIK tulisan Anda, apa?
b. BENTUK TULI$AN yang Anda inginkan, macam apa?
c. MA$ALAH-masalah yang sudah diketahui pembaca, apa?
d. INFORMA$I BARU apa yang ditulis&bisakah dijelaskan
mengapa itu terjadi?
e. Pancing perhatian pembaca dengan KALIMAT YANG MENARIK.
f. Tulis dengan gaya yang hidup, pilih KATA-KATA POPULER, pilih
kata kerja yang menunjukan kesan gerak serta buat kalimat yang efektif.
g. Buat alur pembicaraan/pembahasan yang MENGALIR dalam tulisan
itu melalui pergantian alinea peralinea.
h. Pilih kata penghubung yang MENARIK antaralinea.
$ementara itu wartawan kawakan sekaliber Rosihan Anwar dalam bukunya berjudul:
“Bahasa Jurnalistik” (1984; 13) pernah memberikan patokan standar dalam
menulis karya jurnalistik; yaitu harus mematuhi aturan pokok di bawah ini:
a. Gunakan KALIMAT PENDEK.
b. Gunakan bahasa yang MUDAH DIPAHAMI.
c. Gunakan BAHASA $EDERHANA&jelas pengutaraannya.
d. Gunakan bahasa TANPA kalimat majemuk.
e. Gunakan bahasa BERKALIMAT AKTIF, bukan pasif.
f. Gunakan BAHA$A KUAT&padat.
g. Gunakan bahasa “PO’+’$ITIF”; bukan “NEGA’-‘TIF“.
Khusus bagian akhir naskah artikel, umumnya para penulis artikel mencantumkan
IDENTITA$ penulis beserta gelar (by name)&profesi yang tengah
disandang. Misal penulis bisa mencantumkan profesi seperti Mahasiswa X, Politikus
Partai XX, Dosen PTN XXX atau $taf Pengajar PT$ XXXX, Pengamat $osial,
Pemerhati Pendidikan Nasional, Kritikus $eni&profesi lain.
$edang Ashadi $iregar dalam buku bertajuk “Menjadi Penulis di Media Massa”
(1993; 28) mengungkapkan, untuk menilai layak tidaknya sebuah artikel dimuat;
setiap redaktur koran memperhatikan faktor AKTUAL-itas ini.
Daya tarik sebuah opini—salah satu pusatnya—terletak pada sajian informasi
terbaru yang diwacanakan penulis. $emakin baru informasi (fresh and hot
information) yang ditampilkan, umumnya jarang pula penulis yang mengupas
tentang tema itu. Berdasarkan analisis JURNALI$TIK, jenis tulisan macam inilah
yang “DIRINDUKAN” pihak redaksi koran-koran ternama.
Koran harian&majalah yang beredar di Tanah Air lebih dari seratus buah.
Koran-koran&majalah itu galibnya menyediakan RUBRIK OPINI bagi penulis luar
seperti kolumnis tersebut.
D. Kolumnis Yunior, Madya&$enior, Who
Are You?
Karya para penulis PROFE$IONAL&senior, memang selalu dirindukan para
redaktur. $ebut saja kolumnis ternama seperti Emha “CAK NUN” Ainun Nadjib. Meski
demikian, tak menutup peluang bagi penulis pemula untuk mampu menorehkan
karyanya di koran ternama sekalipun. Pada dasarnya pihak REDAK$I koran
menginginkan datangnya para PENULI$ BARU di koran mereka. Hanya saja para
penulis pemula itu saja sudah merasa “KALAH” terlebih dahulu sebelum berperang
di medan media massa—yang nyata.
Namun karena kualitas tulisan para penulis AMATIR itu kebanyakan masih bermutu
rendah, para redaktur lebih gemar mengutamakan pemuatan karya tulis milik para
penulis $ENIOR—yang lebih MUMPUNI. Penulis mengingatkan, jangan pernah
malu&MINDER disebut penulis amatir. $ebab, para penulis profesional—dahulu
kala berangkat dari kondisi “NYINYIR” itu. Kalau tak segera memulai jadi
penulis amatir sekarang, KAPAN LAGI jadi penulis profesional?
Hanya saja, banyak sekali penulis amatir (baca: pemula) yang GAGAL di tengah
jalan karena tak memiliki RE$I$TEN$I dalam persaingan. Menjadi penulis buku,
tentu tingkat persaingannya tak sehebat dengan menjadi kolumnis (penulis
artikel untuk konsumsi media massa cetak&atau elektronik). $eorang kolumnis
yang $UKSE$—jadi penulis handal; bisa menjadi PEMENANG atas penulis lain karena
punya segudang PENGALAMAN yang tak dipunyai penulis lain.
Mayoritas penulis amatir masa kini, umumnya bersikap serba-MANJA. Baru 1-2 kali
menulis&mengirimkan di media massa cetak—langsung menginginkan karyanya
segera terpublikasikan.
$ementara penulis MADYA memiliki stamina menulis yang lebih unggul dibandingkan
penulis amatir (yunior). Penulis profesional telah memiliki pengalaman luar
biasa, jam terbang tinggi hingga tak menakutkan lagi bentangan Tembok Raksasa
China kompetisi menulis.
Kesalahan lain yang kerap menimpa penulis amatir (baik penulis opini, cerpen,
puisi pun penulis buku) adalah tidak mengenali “calon psikologi calon PACAR”
media massa yang dimaksud.
E. Redaktur Opini, Who?
Jadi dapat disimpulkan bahwa Redaktur Opini adalah “PACAR” yang wajib kita
kenali bagaimanakah karakter-karakternya. Apakah kesukaannya, bagaimanakah
ritme psikologinya dsb. Bila kita telah mengenal “LUAR-DALAM-LUAR”
karakteristik para redaktur koran bersangkutan, dapat dengan mudah para penulis
menceploskan artikelnya untuk memenuhi halaman koran tersebut. Perkara serius
ini kerap kali diabaikan para penulis pemula.
F. Kontemplasi, Kontemplastis,
Kontempopuler; What About?
Pekerjaan penulis adalah mengeksplorasi segala ide, GAGA$AN. Logika intinya,
gagasan tersebut melatarbelakangi munculnya sebuah karya tulis. Ide (gagasan)
yang terpercik-percik melalui panca INDERAWI lantas teranalisa via software OTAK
bernama akal, lalu berafiliasi melalui kelembutan HATI (kabid, bukan qalbu (jantung),
pasti melalui prosesi perenungan (bukan permenungan) bernama
“KONTEMPLA$ITI$ITA$”. Hasil perenungan ini diolah lagi dalam tahapan lebih
kompleks yakni terjadi konstelasi rasio, nurani&realitas sosial melahirkan
produk baru.
Neo-produk itu dinamai “KONTEMPLA$TI$ITA$”, karena terolah pasca tawar-menawar
dari beragam sudut pandang internal penulis.Pasti lebih heboh lagi, kalau ide
penulis itu bertumbukan (berbenturan) dengan “DAYA PIJAK” penulis lain. Kendati
begitu membikin semakin berbobot&komprehensif intensitas
kekontemplastisitasannya.
Tahapan ketiga, pasca ide itu tergodok melalui dua prosesi di atas, gagasan
yang telah dipublikasikan melalui lisan&tulisan (media massa) mencapai
stratum ordinat berjuluk “KONTEMPOPULERITA$”. Di sinilah peran media massa
cetak maupun elektronik dalam membantu proses tercapainya ”kontempopuleritas”
tersebut.
G. Resep Manjur Jadi Penulis Produktif,
What Else?
Perbedaan penulis PROF-esional&penulis AMATIR cukup terletak pada sektor
ke-TEKUN-an. Penulis profesional telah lolos menapaki tangga penulis
amatir—yang riskan terhadap rasa BO$AN. Ujian terberat bagi tiap penulis adalah
menaklukkan rasa kebosanan dan kemalasan. $edangkan penulis amatir banyak yang
berhenti menjadi penulis—akibat tidak memiliki $TAMINA lagi untuk bertahan
menghadapi rasa kebosanan itu.
Formula satu, BACA surat kabar (buku) sebanyak-banyaknya. Era
globalisasi menuntut pergerakan setiap individu semakin fleksibel—tidak lagi
hanya berkutat masalah kelokalan. Namun telah melebar, menembus dimensi batas
waktu&ruang—yang primordialistis itu.Di sinilah perlunya mengakses
informasi terbaru (up to date). Tidak monoton memelototi
lembaran-lembaran buku, melainkan via cyber world (internet); kini
menjadi sebuah keharusan.
Formula dua, mulai MENULI$ macam tulisan jenis apapun itu. $ekiranya
telah cukup memiliki banyak informasi pasca membaca berbagai koran di atas,
bersegeralah menulis segala hal yang menarik diapresiasi.
Formula tiga, baca dan AMATI kolom-kolom koran-koran. Bila lebih
dispesifikasikan, media massa cetak memiliki banyak space kolom.Dalam
kolom tersebut masih terbagi menjadi sub-sub kolom. Bahkan sejumlah media cetak
besar, sub-subkolom media itu, masih terderivasi lagi dalam anak subkolom.
Formula empat, “BER$YUKUR” meski tulisan tak termuat atau dimuat. Jangan
lantas sombong diri, merasa angkuh bila telah menjadi penulis ”laku”.
Formula lima, KENALKAN diri dengan redaktur koran. Banyak cara
mencapai resep yang satu ini. Gunakan fasilitas telepon misalnya, untuk
berkonsultasi bagaimanakah kriteria tulisan yang diingini sang redaktur koran
bersangkutan.
Formula enam, ikutilah LKTI, lomba essay&semacamnya secara rutin.
Kegiatan lomba karya tulis yang kerap diselenggarakan institusi
pendidikan—berlabel swasta maupun negeri, sejatinya merupakan momentum tepat
guna melejitkan populeritas.
Formula tujuh, menjaga ke-ORI$INALITA$-an tulisan dan etika
berjurnalistik. Penulis yang hanya mengejar stok HONOR—entah yang telah
populer atau belum, biasanya tak pauh lagi pada kaidah dan etika
berjurnalistik.
Formula pamungkas, kondisikan diri selalu dalam keadaan “MI$KIN”.
Banyak orang sukses, bermula dari keluarga miskin. Awal mulanya mereka memiliki
spirit juang pantang menyerah, tekun, pekerja keras&punya kepekaan
spiritulitas.
H. Waktu Ideal Menulis, When?
Malam hingga DINI HARI—diyakini banyak pihak—menjadi waktu tepat untuk menulis.
Pendapat di atas memang tidak keliru. Namun menurut hemat penulis, waktu yang
ideal untuk menulis—kalau bisa dapat diprakondisikan $ETIAP $AAT—baik siang,
sore, petang, malam maupun sore hari. Artinya tinggal bagaimana kita bisa men-set
up suasana kebatinan Anda (your moody).
I. Membesut Opini Yang Menarik, How?
Menurut hemat penulis pribadi, untuk membikin tulisan yang penuh “kejutan”, isi
artikel berbobot namun orisinalitas karya tulis tetap terjamin; para calon
penulis artikel (kolumnis) bisa menerapkan TUJUH langkah strategis berikut ini:
1. Temukan IDE (gagasan) baru terkait
tulisan
Keberhasilan seseorang menemukan sebuah ide baru saja, sudah
menjadi separuh nafas tulisan sebuah karya. Ide yang melatarbelakangi penulisan
artikel dapat diperoleh dari penggalian inspirasi, ilham&perenungan
mendalam (indeeply contemplation).
2. Pilih JUDUL artikel yang BOM-bastis
Judul artikel itu analog dengan raut muka, WAJAH. Kalau
diibaratkan sebuah bangunan supermarket, judul itu berpresisi simetris dengan
etalasenya. Cantik atau gantengnya fisik seseorang; amat tergantung dari
seberapa tampan&atau moleknya raut muka mereka.
3. Cari LEAD yang memancing
rasa penasaran
$yarat mutlak sebuah artikel dapat dikatakan baik yakni,
karya tulis yang dimulai dengan pemunculan lead yang memancing
rasa penasaran banyak pihak. Paragraf pembuka (lead) artikel yang
berhasil memancing rasa keingintahuan para pembaca, menyebabkan mereka mau
menikmati tulisan tersebut hingga tuntas.
4. Buat TRIK ANALI$I$ artikel yang memukau
pembaca
Agar Anda memperoleh hasil tulisan yang berbeda fibrasi maupun
daya gedornya dengan tulisan orang, diperlukan tehnik analisis permasalahan
yang nyentrik. Tehnik analisis tulisan ini bisa saja mengandalkan gaya
deskriptif yang menghanyutkan atau persuasif—yang merayu-rayu. Bahkan
penulis bisa saja menempatkan gaya analisis radikal yang terbungkus dengan
bahasa persuasif maupun deskriptif.
5. Kedepankan ORI$INALITA$ tulisan
Anda yang cermat mengamati opini beragam media massa cetak
lokal dan nasional; pasti acap kali menemukan artikel hasil plagiat. Penulis
jenis ini (plagiator) termasuk kategori penulis nakal yang mencemari misi mulia
jagat kepenulisan. Bahkan pernah pula karya penulis sendiri diplagiat oleh
penulis lain.
6. Buat PENGANTAR surat artikel yang
persuasif
Langkah ini mungkin dinilai terlalu sepele oleh banyak
penulis. Namun sejatinya memiliki pengaruh yang amat besar bagi citra diri
penulis artikel pada jangka pendek, menengah dan panjang. $ebuah pengantar
surat artikel yang baik, idealnya memuat informasi jati diri penulis. Misal,
selain identitas diri seperti nama, alamat, profesi, nomor kontak&atau
nomor rekening; baiknya penulis juga mencantumkan daftar media massa
cetak&elektronik yang pernah memuat karya tulisnya.
7. Kenali karakter dan TEKNI$ pengiriman
artikel
Perlu diketahui bersama, setiap redaksi koran memiliki
kebijakan yang berbeda-beda, namun ada pula kebijakan yang identik. Berikut ini
akan penulis cantumkan kebijakan redaksi terkait Rubrik Opini di dua koran
ternama yaitu Kompas&Kedaulatan Rakyat.
KEBIJAK$ANAAN umum redaksi Harian Umum Kompas, berkaitan dengan penulisan
rubrik Opini yaitu:
a. Asli, BUKAN PLAGIA$I, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan
sekedar kompilasi,bukan rangkuman pendapat/buku orang lain.
b. BELUM pernah dimuat di media atau penerbitan lain&juga
tak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.
c. TOPIK yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang
aktual, relevan&menjadi persoalan dalam masyarakat.
d. $ubstansi yang dibahas menyangkut kepentingan UMUM, bukan
kepentingan komunitas tertentu, karena Kompas adalah media umum&bukan
makalah atau jurnal dari disiplin tertentu.
e. Artikel mengandung HAL BARU yang belum dikemukakan penulis
lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran maupun
solusinya.
f. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau PEMAKNAAN BARU maupun
inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
g. Penyajian tidak berkepanjangan dan menggunakan BAHA$A
POPULER/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun.
h. Panjang tulisan 3 halaman KUARTO spasi ganda ditulis dengan
program Words.
i. Artikel TIDAK BOLEH ditulis berdua atau lebih.
$edangkan garis KEBIJAK$ANAAN umum redaksi Harian Umum Kedaulatan Rakyat,
bersinggungan dengan penulisan Rubrik Opini adalah:
a. Masalah-masalah yang AKTUAL di masyarakat.
b. BELUM pernah dipublikasikan.
c. ASLI dari gagasan penulis sendiri&mengandung kebaruan.
d. Panjang tulisan MAK$IMAL 4 kuarto dengan spasi ganda atau
setara 3500-4500 karakter huruf.
e. $esuai dengan KEBIJAK$ANAAN yang ditetapkan redaksi.
f. BUKAN hasil terjemahan.
J. Memoles Opini Anda, How?
Dalam makalah berjudul “Cyberjurnalistik” (2006; 16) , Budi $utedjo
Dharma Oetomo mengemukakan setidaknya ada empat unsur yang perlu ditonjolkan dalam
sebuah karya jurnalistik. Unsur-unsur tersebut meliputi: ke-RENYAH-an
berbahasa, TREN terakhir bahasan, banyaknya ILU$TRA$I&analogi serta
pemakaian contoh-contoh nyata yang dekat dengan pembaca.
$ebelum naskah artikel dikirim di media massa, amat penting bagi penulis
melakukan satu $ENTUHAN akhir (editing). Yakni melakukan insersi,
ratifikasi, mutasi maupun proses penambahan dan pengurangan kalimat-kalimat
yang kiranya kian mendongkrak kekuatan opini yang berusaha dibangun penulis.
Memang untuk melakukan pekerjaan ini, dibutuhkan ketelitian yang ekstrakuat.
K. Kode Etik Menulis, What’s Wrong?
Adapun kode etik (ETIKA) dunia tulis-menulis itu antara lain:
a. Tidak mengirimkan tulisan (karya tulis jenis apapun) yang
$AMA kepada sejumlah media massa dalam waktu bersamaan.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan EYD
c. Materi&gagasan penulisan tak bertentangan dengan
Pancasila, UUD ’45&peraturan negara lainnya.
d. Isi tulisan tak memojokkan kerukunan beragama, dikriminasi
jender serta menyinggung kepentingan $ARA.
e. $etiap penulis wajib bersikap JUJUR terhadap karya tulisnya
dengan selalu menyebutkan sumber referensi bila mengutip karya orang lain.
f. Mengirimkan tulisan dengan ketikan rapi tanpa banyak kesalahan
serta mematuhi GARI$ KEBIJAK$ANAAN redaksi yang ditetapkan masing-masing koran.
L. Redaktur Menolak Opini Anda, Why?
Berpijak pada catatan yang direkomendasikan redaktur Kompas, ada 18 ALA$AN
kenapa artikel TAK LAYAK MUAT di media massa yaitu:
a. Topik atau tema TAK AKTUAL
b. Argumen dan pandangan BUKAN HAL BARU
c. Cara penyajian BERTELE-TELE
d. Cakupan TERLALU MIKRO atau lokal
e. Pengungkapan dan REDAK$IONAL KURANG mendukung
f. Konteks KURANG JELA$
g. Bahasa TERLALU ILMIAH/akademis, kurang populer
h. Uraian terlalu $UMIR
i. Tulisan ber-GAYA PIDATO/makalah/kuliah
j. $umber KUTIPAN kurang jelas
k. Terlalu BANYAK MENGUTIP
l. Diskusi KURANG BERIMBANG
m. Alur uraian TAK RUNTUT
n. Uraian tidak membuka PENCERAHAN baru
o. Uraian ditujukan kepada PER$ONAL
p. Uraian terlalu DATAR
q. Alenia pengetikan OVER BERKEPANJANGAN
r. Hasil PLAGIAT
$ebangun dengan pendapat di atas; menurut uraian Abu Al-Ghifari dalam karyanya
berjudul “Kiat Menjadi Penulis $ukses” (2002; 96-99) , penyebab REDAKTUR
MENOLAK sebuah karya tulis lebih karena faktor berikut ini:
a. Karangan tersebut TAK $E$UAI MI$I media bersangkutan atau
terlalu bersifat menggurui.
b. Karangan tersebut memiliki KEMIRIPAN dengan karya penulis
lain yang pernah dipublikasikan.
c. Terlalu PANJANG maupun PENDEK untuk topik tertentu.
d. Kalau menyangkut karangan kreatif, mungkin tulisan tersebut
terlalu lemah dari segi karakter (tokoh), PLOT maupun atmosfer pada
bagian-bagian tertentu karangan tersebut.
e. Terlalu $ARAT TEORI yang mungkin melelahkan pembaca atau
berbau propaganda yang tidak disenangi pembaca.
f. Tulisannya TIDAK RAPI, hingga menyebabkan sukar dibaca.
L. Jurus Peledak Potensi Menulis Anda; How
Do?
Menulis itu amat MUDAH. Menulis itu teramat me-NYENANG-kan. Menulis itu semudah
ngerumpi di WARKOP. Menulis itu TAK $ESUKAR merebus jagung. Menulis itu amat
mudah, $EKEDAR menudingkan jari penunjuk”.
Percayakah Anda bila semasa kuliah dulu, seluruh biaya pendidikan serta biaya
hidup penulis—berasal dari hasil “MERAMPOK” uang milik redaksi koran-koran
ternama di Indonesia?
PERCAYAKAH ANDA pula bila banyak penulis harus membayar biaya kos&seabrek
kebutuhan hidup lain—berkat tulisan-tulisan yang TERPACAK di puluhan surat
kabar?
Percayakah Anda juga bila ada banyak penulis tersohor di negeri ini, berangkat
dari rasa KEPRIHATINAN HIDUP?
Percayakah, bila menjadi penulis amat bisa menjaga stamina kesehatan tubuh
Anda—hingga tak perlu bersusah payah keluar-masuk (OPNAME) rumah sakit?
Percayakah Anda, bila kegiatan menulis bisa mendatangkan banyak “DO’$’LAR”,
POPULERITA$?
Tidak percayakah Anda, jika menjadi penulis amat DITAKUTI para penguasa?
Tidak percayakah Anda, bila Hitler (alm.) amat menakuti seorang penulis
dibanding TIGA BATALYON serdadu lengkap dengan alutsista-nya?
Tidak percayakah Anda, jika $oekarno&$oeharto (alm.) DIDEKTE para penulis?
Tidak percayakah Anda, jika Habibie dan Gus Dur TUNDUK pada kebrilianan para
penulis?
Tidak percayakah Anda, jika Megawati&$usilo “$BY” Bambang Yudhoyono MENGAGUMI
benar para penulis?
Tidak percayakah Anda, bila agama manapun, ideologi jenis apapun—amat
MEMULIAKAN kedudukan para penulis?
Tidak tahukah Anda, bila pihak Komunis—pun MEMUJA-MUJA para penulis mereka?
Tidak tahukah Anda, penulis-penulis itu hidup MENGABADI?
Tidak percayakah Anda, bila kitab-kitab suci, dokumen-dokumen penting, surat
wasiat adalah MAHAKARYA MONUMENTAL “para penulis”?
Tidak percayakah Anda, bila PERADABAN DUNIA ini tersusun berkat adanya para
penulis, pujangga?
Tidak percayakah Anda, bila penulis bisa HIDUP $ERIBU TAHUN, dua ribu tahun,
satu juta tahun—bahkan mengabadi hingga hari kiamat?
Tidak tahukan Anda, bila menjadi penulis adalah LADANG DAKWAH yang sarat
pahala?
Tidak tahukah Anda, siapapun Anda, profesi apapun Anda, menjadi penulis adalah
KEWAJIBAN kita semua?
Tidak tahukah Anda, menulis adalah HIDUP itu sendiri?
“Benarkan menulis opini itu teramat sukar?”.
MUDAH! A$AL…..RAJIN membaca apa saja.
Mudah, asal TEKUN menulis kapan saja.
Mudah. Asal BERANI mengungkapkan pendapat pribadi.
TIDAK $UKAR! Asal bisa menulis abjad.
Tidak sulit, asal BERNIAT sungguh-sungguh.
Asal tidak asal-asalan. Asal…Asal…Asal
“Benarkah MENULI$ OPINI di koran itu sukar?”.
TIDAK, A$AL $EGERA MENULI$&KIRIM ke KORAN.
Tidak! Asal KERJAKAN $EKARANG, jangan buang-buang waktu.
Tidak, asal BERANI MENCOBA, jangan takut ditolak.
Tidak benar, asal BERANI KREATIF, jangan menyontek.
Mudah, asal berani jadi kreator, JANGAN JADI EPIGON.
Mudah! Asal berani TAMPIL BEDA, jangan menjiplak.
Mudah benar, asal KENAL REDAKTUR, jangan main belakang.
Mudah sekali, asal rajin baca koran, JANGAN TIDUR MALA$-MALA$AN.
Mudah saja, asal berani radikal dan progresif, JANGAN PASIF.
Mudah, asal JANGAN A$AL-A$ALAN.
“Beranikah menobatkan diri menjadi KOLUMNI$ $EKARANG?”.
BERANI, asal artikel rajin termuat di koran.
Berani, asal berani BER$AING dengan penulis senior.
Berani, asal bikin TIGA ARTIKEL PERHARI.
Berani, asal ada modal KEMAUAN KUAT.
Berani, asal JADI PENULI$.
Berani! Asal JADI REDAKTUR!
M. Alamat Email Koran-Koran
Lokal&Nasional; Where Are They?