Cari Blog Ini


Tips Resensi Buku Dimuat “PERADA” Koran Jakarta

Written By Menulis untuk Kehidupan on Rabu, 27 Juni 2012 | Rabu, Juni 27, 2012


Tips Resensi Buku Dimuat “PERADA” Koran Jakarta


Salam hangat blogger semua!
http://apepherya.com/wp-content/uploads/2011/09/perada-koran-jakarta.jpgSudahkah tulisan teman-teman dimuat di Perada Koran Jakarta (Kojak)? Atau sudahkah Anda mengirimkan tulisan resensi buku di tajuk Perada Kojak? Pertanyaan ini penting diajukan supaya nyambung dengan apa yang saya tuliskan disini.
Setelah beberapa waktu lalu saya nulis postingan tentang cara menulis Tips Tulisan Nangkring di “Suara Mahasiswa” SINDO dan Tips Tulisan Dimuar Rubrik “Hikmah” Republika, kali ini saya tergerak untuk membagi trik-trik tulisan resensi yang kita tulis sehingga bisa dimuat Kojak (berdasarkan pengalaman tentunya). Bukan hanya itu, ada trik lainnya yang lumayan secret yang juga akan saya beberkan. Jadi tetap lanjutkan membaca postingan ini.
Sebelumnya saya ulas dulu bahwa Kojak membuka ruang bagi penulis luar untuk memasukkan tulisannya di (1) Opini dan (2) Perada. Nah, yang ingin saya bahas adalah point yang ke-2-nya tentang nulis di Perada (untuk point ke-1 insya Allah lain waktu akan saya ulas juga). Pertanyaannya, sulitkah nulis resensi untuk Perada?
Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Iya bagi mereka yang belum terbiasa nulis, dan tidak, tentunya bagi yang sudah terbiasa nulis (terlebih nulis resensi buku seperti beberapa teman saya: Ali Rif’an, Almuttaqien, Gufron Hidayat, dan teman-teman lainnya). Nulis resensi di Koran Jakarta bisa dibilang lebih sederhana dibandingkan dengan nulis resensi di koran-koran lainnya seperti: Sindo, Kompas, Tempo, dll. Mengapa?
Pertama, jumlah karakter tulisan di Perada Kojak ini lebih sedikit (ya antara 2500 sd 3000 karakter sudah bisa dimuat). Kedua, dengan ulasan yang tak terlalu panjang, tak terlalu detil, dan kurang tajam sekalipun kemungkinan masih bisa dimuat asalkan bukunya up-to-date (belum pernah diresensi orang), momentumnya pas, dan Anda sedang lucky(beruntung).
Ok, langsung aja saya ulas tips dan triknya.
Pertama, cari buku yang belum diresensi oleh orang lain. Caranya gimana? Temen-temen bisa pantengin korannya setiap hari (jadi bisa tahu buku apa saja yang sudah pernah dimuat), atau ketikkan keyword buku yang kita bidik (bisa dari judul buku atau penulis buku tersebut) di websitenya: www.koran-jakarta.com. Kalau no data berarti buku yang dibidik itu belum pernah dimuat dan Anda pun bisa langsung meresensinya. Namun jika sebaliknya, Anda kudu cari buku yang lain.
Dalam konteks ini, Anda bisa menyiasatinya dengan mencari buku-buku baru di toko buku online seperti belbuk.com, bukukita.com, mizan.com, gramedia.com, dsb. Setelah menemukan buku mana yang akan dibidik, maka copy pasteseluruh data-data terkait dengan buku tersebut untuk bahan utama resensi (khusus untuk cover buku dari belbuk.com atau bukukita.com biasanya ada cap atau simbol belbuk dan buku kita. Kan tidak lucu cata cover buku yang dikirim ke redaksi ada cap atau simbol buku kita atau belbuknya. Makanya cari cover buku tersebut di mbah google images saja).
Kedua, kalau memungkinkan dapatkan momentum yang tepat. Misalkan, ketika akan menghadapi tanggal 17 Agustus tiba dimana kemerdekaan RI akan dirayakan, maka siapkan sedini mungkin buku-buku yang membahas soal perjuangan kemerdekaan, cerita kepahlawanan, dll. Sepanjang yang saya tahu, trik ini cukup mujarab dan ampuh (hal ini juga berlaku ketika Anda menulis artikel).
Ketiga, prioritaskan meresensi buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit-penerbit besar seperti Gramedia, Mizan, Kompas, dsb. Kok bisa gitu? Meskipun bukan jaminan, namun setidaknya pengalaman saya telah membuktikan keampuhan jurus ini. Alasannya bisa jadi, pihak Kojak telah melakukan deal dengan penerbit-penerbit besar tersebut untuk membantu promosi buku-buku mereka dan Kojak sendiri mendapatkan “reward” dari mereka.
Keempat, tulisan resensi tak usah panjang-panjang (antara 2500 sd 3000 karakter) dan sebisa mungkin gunakan bahasa yang standar-standar saja dan tidak njelimet. Mengapa demikian? Pasalnya, menurut teman saya, pernah ada mahasiswa UGM yang resensinya langganan Tempo, ketika nulis di Kojak, eh malah ditolak. Alasannya, bahasanya terlalu tinggi dan njelimet (tahu sendiri kan standarnya Tempo?).
Prinsipnya, resensi di Kojak hanya sebatas membeberkan informasi dari buku yang diresensi, makanya tak perlu mengulasnya secara mendalam, cukup hal-hal yang “di permukaannya” saja.
Kelima, sebisa mungkin dalam tubuh tulisan, Anda mencantumkan nomor halaman untuk menambah kevalidan dan sekaligus sebagai bukti bahwa Anda memang benar-benar membaca buku tersebut (sekalipun tak mempunyainya, alias pinjam, atau cuma baca resensi orang lain, hehe).
Keenam, jangan lupa mencantumkan data buku mulai dari gambar cover, nama penulis, judul, tahun terbit, penerbit, jumlah halaman, harga secara detil.
Ketujuh, kirimkan resensi tersebut ke redaksi@koran-jakarta.com sebelum dhuhur (hal ini untuk memastikan tulisan sampai ke meja redaktur sebelum mereka membahas dan menentukan pemuatan tulisan baik Opini maupun Perada keesokan harinya). Untuk pemuatan hari Senin, Anda bisa menyiasatinya dengan mengirimkan tulisan di Sabtu Sore, Minggu malam, atau Minggu pagi).
Kedelapan, kirimkan tulisan di attachment file (jangan di badan email) terdiri dari tulisan itu sendiri dan biodata Anda (sebisa mungkin yang relevan dengan judul buku yang dibahas). Dan di badan emailnya pakailah sedikit kata pengantar, misalnya:
Kepada Yth Redaktur
Di Tempat
Perkenalkan saya Nama Anda, profesi Anda. Di attachment file sudah saya lampirkan tulisan berjudul A yang diterbitkan oleh B. semoga bisa dimuat di Harian Ternama (strategi untuk memikat hati redaktur dengan menyanjungnya) Koran Jakarta.
Terima kasih,
Kesembilan, perbanyaklah berdoa supaya resensi yang telah Anda kirimkan tersebut bisa dimuat.
Tambahan informasi: Kojak akan memberikan honor sebesar Rp. 300.000 (dipotong pajak 6%) kepada setiap tulisan Perada yang dimuat. Biasanya honor akan dikirimkan dalam tempo 3 minggu (tepat waktu) tanpa Anda menelepon untuk menanyakan kapan honor tersebut dikirim sekalipun. So, lumayan kan buat bayar kuliah, traktir teman, beli buku baru, apalagi kalau tulisan resensi Anda bisa nangkring 2-4 kali dalam sebulan!
Salam menulis,

2 komentar:

khairiah mengatakan...

Makasih tipsnya

Wakhid Syamsudin mengatakan...

Sangat bermanfaat...

Posting Komentar