Cari Blog Ini


Mari Berkembang, Mari Menulis

Setiap orang tentunya punya keinginan untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik setiap saat. Dengan menulis, orang akan menemukan berbagai hal positif yang dapat membuat dirinya berkembang dan mampu menggapai cita-cita yang ingin digapai olehnya. Mari Berkembang, Mari Menulis, Kawan ... !!!

Tentang Penulis

Foto saya
siapa mau berusaha pasti ada jalan nya
Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Lomba Menulis Cerpen (Cerita Pendek) 2012 “Generasi Muslim Bergerak Mencetak Karya”, Deadline tgl 10 maret 2012

Written By Menulis untuk Kehidupan on Rabu, 29 Februari 2012 | Rabu, Februari 29, 2012


Deadline: 17 Maret 2012

Bismillah.
Assalamu’alaikum.
Festival Muslim 2012 Present:
Daftarkan sekarang Karya Cerpen Muslim(KaCeM)
Syarat-Syarat Umum :
1. Lomba ini terbuka untuk umum Tingkat Nasional
2. Tema : “Generasi Muslim Bergerak Mencetak Karya”
Syarat-syarat Khusus:
1. Ditulis di atas kertas ukuran A-4, diketik berjarak 1,5 spasi, huruf 12 font calibri, margin: 3333
2. Panjang askah 1011-2012 kata
3. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu judul.
4. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baik dan benar. boleh menggunakan bahasa asing, daerah, pokem, ataupun bahasa gaul dengan format italic
5. Naskah disertai biodata singkat pengarang (nama, asal, pekerjaan, No hp) dan font bebas.
sertaka lampiran: Fotokopi KTP/KTM, atau kartu keluarga(Pilih salah satu)
6. Sebelum naskah dikirim, pastikan ada medaftar dengan format di bawah ini:
(FM_KCM_NAMA_JUDUL_KOTA)
kemudian naskah dapat dikirim melalui: karyacerpemuslim@gmail.com
7. Semua identitas di scan dan dilampirkan dalam satu folder bersama naskah.
Pegumuman: 26-Maret-2012 melalui:
Website: http://www.masjid.its.ac.id/
Facebook: Jmmi its-Surabaya
Cp: Hanum Febriliani (085730099364)









Rabu, Februari 29, 2012 | 0 komentar | Read More

LOMBA MENULIS CERPEN UNTUK INDONESIA, DEADLINE 31 MARET 2012

Written By Menulis untuk Kehidupan on Kamis, 23 Februari 2012 | Kamis, Februari 23, 2012

LOMBA MENULIS CERPEN UNTUK INDONESIA | DEADLINE 31 MARET 2012
 Lomba Menulis Cerpen Untuk Indonesia
Persyaratan lomba :
1.      Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTA (Kategori A), dan Mahasiswa/Umum (Kategori B) dari seluruh Indonesia
2.       Lomba dibuka 15 Januari 2012 dan ditutup 31 Maret 2012
3.      Tema Tulisan: "Optimisme masyarakat untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan segala yang berbau semangat membangun Indonesia"
4.      Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3 Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu judul saja.
5.      Setiap peserta boleh mengikuti dua lomba sekaligus yaitu lompa menulis puisi dan menulis cerpen.
6.      Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan.
7.      Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan.
Ketentuan naskah Cerpen :
1.      Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman.
2.       Panjang naskah cerpen 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman
3.      Naskah disertai biodata singkat pengarang dan foto bebas.Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa dan Kartu Keluarga (pilih salah satu) semua identitas di scan dan dilampirkan dalam satu folder bersama naskah.
4.       Setiap peserta diwajibkan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000,-/kategori lomba dan akan mendapat 1 eksemplar buku TUHAN TAK PERNAH TIDUR karya Regina Brett yang akan dikirimkan ke alamat masing-masing peserta paling lambat 25 Maret 2012. 
5.      Biaya pendaftaran dikirimkan melalui Bank Muamalat 0113698411 a.n Julianti Hasibuan dan bukti transfer di scan disertakan dalam folder naskah yang akan dikirim via email serta konfirmasi ke SMS Center panitia 0853 7365 1987 (Nadia Ulfa). 
6.      Naskah yang dilombakan beserta lampirannya yang telah di scan dikirimkan melalui E-mail panitia: panitia.lmdhui@yahoo.com dengan format subject (NASKAH LOMBA CERPEN) dan naskah beserta identitas dilampirkan dalam Attachment.
Publikasi pemenang :
1.      Hasil lomba diumumkan Sabtu, 21 April 2012 melalui website: www.panitia-lmdhu.blogspot.com dan akan dipublikasikan di Harian Media Indonesia edisi Senin 23 April 2012
2.      Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat Naskah yang masuk ke Kotak email Panitia LMDHUI-2012 menjadi milik panitia, hak cipta milik pengarangnya.
Hasil Lomba dan Hadiah Untuk Para Pemenang :
1.      Kategori  A (Pelajar SLTA/MA/SMK)
Pemenang I – Uang Tunai Rp 8.000.000,- + Piagam + Bingkisan buku
Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam + Bingkisan buku
Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam + Bingkisan buku 5 (lima)
Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 500.000,- + Piagam Kategori B
2.       (Mahasiswa/Umum)
Pemenang I – Uang Tunai Rp 10.000.000,- + Piagam + Bingkisan buku
Pemenang II – Uang Tunai Rp 7.000.000,- + Piagam + Bingkisan buku
Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam + Bingkisan buku 5 (lima)
Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam Contact : Nadia Ulfa (0853-73651987) Email : panitia.lmdhui@yahoo.com

Baca Artikel Lengkapnya di : 
http://m-informasi.blogspot.com/2012/02/lomba-menulis-cerpen-untuk-indonesia.html

Kamis, Februari 23, 2012 | 0 komentar | Read More

LOMBA CERPEN, Deadline : 31 Mei 2012

Written By Menulis untuk Kehidupan on Selasa, 21 Februari 2012 | Selasa, Februari 21, 2012

LOMBA CERPEN, Deadline : 31 Mei 2012
Peserta Asli Berwarga Negara Indonesia.
Tema Cerpen bebas, asal tidak bersinggungan dengan SARA dan Pornografi, juga tidak menyudutkan suatu pihak tertentu.
Peserta dianjurkan untuk memposting info lomba ini sebanyak-banyaknya dan bergabung di Komunitas Sastra Pena Dunia.
Naskah cerpen harus asli karya sendiri, tidak pernah/sedang diikutkan dalam lomba lain, juga tidak pernah/sedang dimuat di media apapun.
Panjang naskah cerpen minimal 4 Halaman A4, diketik dengan Times New Roman 12 pt margin Normal Spasi 1,5(Satu Setengah). Dikirim ke Email: sastrapenadunia@yahoo.com dengan Subjek Email : CERPEN_NAMA PENULIS
Sertakan Biodata penulis (ada Nama, Alamat Lengkap, No HP Aktif).
Tiap peserta diperbolehkan mengirimkan lebih dari satu karya (tidak ada batasan maksimum karya).
Peserta melakukan registrasi/pendaftaran Rp. 10.000,- setiap judul karya dan melampirkan bukti struk transfer registrasi yang dikirim bersama naskahnya (di foto/scan). Nomor Rekening Pendaftaran Bank BNI: 021-844-5456 Atas Nama : Zainul Muttaqin.
Pendaftaran dan Penerimaan NaskahTerakhir tanggal 31 Mei 2012.
Dewan Juri menetapkan 3 Pemenang
• HADIAH
Dewan juri menetapkan 3 orang terbaik pemenang dari Lomba Cerpen ini, dan berhak mendapatkan hadiah berikut:
Juara 1 – Rp. 3.000.000.00 (Tiga Juta Rupiah)
Juara 2 – Rp. 2.000.000.00 (Dua Juta Rupiah)
Juara 3 – Rp. 1.000.000.00.(Satu Juta Rupiah)
Info Lebih Lengkap, http://www.imajinasipena.blogspot.com/2012/02/lomba-cerpen-puisi-dan-esai.html
Selasa, Februari 21, 2012 | 0 komentar | Read More

Penting, Hari-Hari Penting Nasional dan Internasional

Written By Menulis untuk Kehidupan on Senin, 20 Februari 2012 | Senin, Februari 20, 2012

Hari-Hari Keramat
Berikut ini merupakan catatan yang wajib kita pegang. Berupa tanggal dan “hari-hari keramat” dalam kalender kita. Harapannya, anda dapat mempersiapkan tulisan ( termasuk sejumlah bahan ) berkaitan dengan momentum tersebut seminggu sebelum hari-H . sehingga anda dapat segera mengirimkannya dan tunggu tanggal mainnya !.
Semoga nama anda tertera di media massa. Oke ??? , silahkan Cermati …… dan menulislah

Januari
1 Januari Tahun Baru Masehi
1 Januari Hari Perdamaian Dunia
3 Januari HUT Departemen Agama
5 Januari HUT Korps Wanita Angkatan Darat
10 Januari HUT Partai Demokrasi Indonesia
25 Januari Hari Gizi dan Makanan
26 Januari HUT Maskapai Penerbangan Garuda
29 Januari (1950) Hari Meninggal Jenderal Besar Soedirman
31 Januari Hari Lahir Nahdlotul Ulama
Februari
5 Februari HUT Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
9 Februari Hari Pers Nasional
9 Februari HUT Kavaleriu
9 Februari Hari Pemberantasan Nyamuk
13 Februari Hari Farmasi dan HUT Persatuan Ahli Farmasi Indonesia
14 Februari Valentine’s Day
Maret
1 Maret Hari Serangan Umum 1 Maret di Jogja
1 Maret Hari Kehaliman Indonesia
8 Maret Hari Wanita Internasional
23 Maret Hari Meteorologi Sedunia
30 Maret Hari Perfilman Nasional
April
1 April HUT Bank Dunia
6 April Hari Nelayan Indonesia
7 April Hari Kesehatan Internasional
9 April Hari Penerbangan Nasional
21 April Hari Kelahiran RA Kartini
27 April Hari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Indonesia
Mei
1 Mei Hari Buruh Internasional ()
2 Mei Hari Pendidikan Nasional
17 Mei Hari Perpustakaan Nasional
20 Mei Hari Kebangkitan Nasional
21 Mei Hari Buku Nasional
Juni
1 Juni Hari Lahir Pancasila
1 Juni Hari anak-anak Internasional
5 Juni Hari Lingkungan Hidup Internasional
21 Juni Hari krida Pertanian
24 Juni Hari Bidan Indonesia
25 Juni Hari KB Nasional
JuLi
1 Juli  Hari Bhayangkara
Juli
1 Juli Hari Anak Indonesia
4 Juli Hari Kemerdekaan Amerika Serikat
12 Juli Hari Koperasi Indonesia
22 Juli Hari Kejaksaan
Agustus
5 Agustus Hari Dharma Wanita Indonesia
8 Agustus Hari ASEAN
14 Agustus Hari Pramuka
17 Agustus Hari Proklamasi Indonesia
24 Agustus HUT TVRI
28 Agustus Hari Kereta Api
September
1 September Hari Polisi Wanita (Polwan)
8 September Hari Aksara
24 September Hari Agraria Nasional (Hari Tani)
Oktober
1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila
5 Oktober Hari TNI / ABRI
24 Oktober Hari Perserikatan Bangsa Bangsa
28 Oktober Hari Sumpah Pemuda
November
10 November Hari pahlawan
12 November  Hari Kesehatan Nasional
14 November  HUT Brimob
25 November  Hari Guru ( HUT PGRI)
Desember
3 Desember Hari Difabel Internasional
10 Desember Hari HAM
12 Desember Hari Transmigrasi
22 Desember Hari Ibu
22 Desember Hari Sosial
25 Desember Hari Natal

Semoga Bermanfaat











Senin, Februari 20, 2012 | 0 komentar | Read More

Cara Mengirim Tulisan ke Media Massa

Written By Menulis untuk Kehidupan on Sabtu, 18 Februari 2012 | Sabtu, Februari 18, 2012

Cara Menulis Mengirim Tulisan ke Media Massa, Koran atau Majalah


Menulis dan mengirimkan tulisan artikel opini yang ditulis ke media massa cetak (koran harian surat kabar) yang dituju membutuhkan perjuangan dan komitmen. Apalagi, kalau tulisan yang dibuat dengan susah payah itu tidak dimuat. Berikut adalah teknik dasar bagaimana cara membuat artikel opini, mengirimkan tulisan dan dimuat! Honor memang bukan pertimbangan utama. Tapi, kalau jumlahnya sampai Rp. 1 (satu) juta per-artikel, dengan panjang tulisan hanya 800 kata, tentu susah untuk ditolak. Betul tidak? :)



I. TIPS UMUM MENGIRIM TULISAN KE MEDIA MASSA KORAN HARIAN SURAT KABAR

Ada aturan umum mendasar yang harus dipenuhi agar tulisan artikel opini kita mendapat perhatian editor koran dan berpotensi dimuat.


Apa itu Op-ed dan tajuk rencana di koran?

Dalam sebuah media cetak, baik koran, majalah atau buletin terdapat satu halaman khusus yang biasa disebut dengan halaman opini. Di koran, halaman tersebut di isi oleh tiga unsur yaitu oleh redaksi, para ahli di bidangnya dan pembaca.

Opini yang ditulis oleh tim redaksi disebut Tajuk Rencana atau Editorial. Yang ditulis oleh ahli disebut op-ed singkatan dari Opini Editorial atau kolom untuk artikel opini di majalah. Sedang yang ketiga ditulis oleh pembaca koran atau majalah terkait. Segmen ini biasa disebut dengan Surat Pembaca, atau Pembaca Menulis, dsb.


SYARAT ARTIKEL OPINI YANG BERPOTENSI DIMUAT MEDIA CETAK KORAN MAJALAH
 

Penulisan artikel bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian isinya mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan orang lain, renungan tokoh masyarakat dan sebagainya. Penulisan artikel tidak terikat dengan waktu, tidak terikat bentuk berita, gaya bahasa, dan teknik penulisan jurnalistik lainnya. Tetapi agar artikel ini dibaca oleh publik, penulisnya harus memperhitungkan aktualitas, gaya penulisan serta panjang pendek artikel.
 

Di samping itu hal-hal mendasar berikut perlu diperhatikan:

1. Tata bahasa tulisan isi artikel harus memiliki standar dasar sastrawi. Maksudnya, gaya bahasa sesuai dengan panduan bahasa Indonesia yang benar. Baik dalam segi ejaan, tanda baca, pemakaian huruf besar kecil, maupun dalam susunan kata-kata.

2. Mengetahui etika penulisan artikel. Yaitu, tulisan harus orisinal. Bukan plagiat atau jiplakan. Serta mengandung unsur baru.

3. Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.

Berapa Panjang Tulisan Artikel Opini untuk dikirim ke koran?

Setiap media memiliki kebijakan tersendiri tentang panjang maksimal dari sebuah artikel opini. Kompas, misalnya, mensyaratkan tidak lebih dari 1000 kata. Sedang Jawa Pos sekitar 700 sampai 850 kata. Intinya, panjang tulisan berkisar antara 700 sampai dengan 1200 kata. Untuk mengetahui secara persis panjang tulisan artikel opini di media tertentu, copy sebuah artikel di media tersebut ke MS Word akan tampak di halaman bawah berapa jumlah kata dalam artikel tersebut.

Saya merasa tidak pede mengirim tulisan ke koran

Hilangkan rasa minder. Toh, kita dan redaksi koran tersebut tidak saling kenal. Begitu tulisan selesai, langsung saja kirim ke koran yang dituju.
 

CARA MENGIRIM ARTIKEL OPINI VIA EMAIL

Cara termudah adalah dengan mengirim via email. Sebagai penulis artikel opini, Anda harus memiliki daftar lengkap email media cetak seluruh Indonesia.

a. Kirim melalui email dengan attachment (sisipan) dalam format MS Word atau rtf. Jangan ditulis di badan email.
b. Di subjek email kasih judul: Artikel Opini (judul artikel tulis di sini)
 

Sebagai referensi, silahkan lihat
 daftar email media massa di sini!

KALAU ARTIKEL TIDAK DIMUAT: KIRIM KE KORAN LAIN

Silahkan kirim ke koran lain kalau memang Anda yakin tidak dimuat di koran pertama yang dikirimi artikel tersebut. Biasanya kalau 1 minggu tidak dimuat, dapat dipastikan tulisan Anda ditolak di koran tersebut.

Tapi, untuk menjaga reputasi, ada baiknya kiriman kedua dikirim ke koran yang bersegmen lokal. Jangan sama-sama nasional. Umpama ditolak di Kompas, kirim juga koran Pikiran Rakyat atau Surya atau koran lokal lain tempat di mana tinggal.


II. TIPS KHUSUS MENGIRIM TULISAN KE MEDIA MASSA KORAN HARIAN SURAT KABAR


I.A. MENGIRIM TULISAN KE KORAN KOMPAS

1. Panjang artikel: antara 800 s.d 1000 kata.
2. Alamat email: kompas@kompas.com, opini@kompas.com, opini@kompas.co.id
3. Honor artikel: sekitar Rp 1 (satu) juta.
4. Agar dimuat : selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di kompas; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
 


I.B. MENGIRIM TULISAN KE HARIAN JAWA POS

1. Panjang artikel: 850 kata
2. Alamat email: editor@jawapos.co.id
 
3. Honor artikel: Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
4. Agar dimuat: Agar dimuat : selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Jawa Pos; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
 


I.C. MENGIRIM TULISAN KE HARIAN THE JAKARTA POST

1. Panjang artikel: Hendaknya tidak lebih dari 1000 (seribu) kata.
 
2. Alamat email: editorial@thejakartapost.com, opinion@thejakartapost.com, jktpost2@cbn.net.id
3. Honor artikel: Sekitar USD 100 (atau Rp. 800.000)
 
4. Agar dimuat: (a) tulis dalam bahasa Inggris (artikel dalam bahasa Indonesia terkadang dimuat asal sangat bagus -- tentu saja setelah diterjemah oleh editornya); (b)komentar dari Editorial sebelumnya; (c) mengandung unsur baru.


I.D. MENGIRIM TULISAN KE KORAN TEMPO

1. Panjang artikel: Antara 800 sampai 1000 kata.
2. Alamat email: koran@tempo.co.id
 
3. Honor artikel: Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah)
4. Agar dimuat : selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Koran Tempo; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
 


I.E. MENGIRIM TULISAN KE HARIAN REPUBLIKA

1. Panjang artikel: 800 s.d. 1200
2. Alamat email: sekretariat@republika.co.id
3. Honor artikel: Rp. 400.000
4. Agar dimuat: selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Koran Republika; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
 


I.F. MENGIRIM TULISAN KE KORAN SINDO (SEPUTAR INDONESIA)

1. Panjang artikel: 500 s.d. 1000
2. Alamat email: redaksi@seputar-indonesia.com
3. Honor artikel: Opini dan Kolom Budaya 400 ribu. Resensi buku 200 ribu. Cerpen 400 ribu.
 
4. Agar dimuat: selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Koran Sindo; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
Sabtu, Februari 18, 2012 | 0 komentar | Read More

Tips Menulis di Media Massa

Bagaimana Menulis Artikel di Media Massa


Ada banyak ragam pengertian artikel. Menurut Sharon Scull (1987) artikel didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud untuk menjelaskan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa fenomena alam atau sosial tersebut terjadi. Suatu artikel kadang-kadang menawarkan suatu alternatif bagi pemecahan suatu masalah.
Pada saat ini, menulis artikel di media cetak (dan elektronik) sudah menjadi kegiatan yang terhormat dikalangan intelektual. Identitas dan otoritas seorang intelektual akan terangkat jika ia dikenal sebagai seorang penulis artikel. Dengan menulis artikel dimedia cetak, seseorang akan dikukuhkan sebagai warga intelektual.
Namun demikian, bukan berati "kaum non intelektual" tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menulis artikel di media massa. Belakangan ini, sudah banyak para praktisi, profesional di bidang tertentu dan penulis lepas (freelance) yang melakukan hal sama. Ini tentu fenomena yang menggembirakan, meskipun secara kuantitas juKmlah mereka tidak begitu banyak.
KENALI MEDIA
Isi sebuah media, sekurang-kurangnya terdiri atas dua hal pokok. Pertama Fakta dan kedua Opini. Fakta disajikan dalam bentuk berita (meskipun ada banyak media massa yang beritanya ditulis dengan unsur subjecktivitas tinggi), sedangkan opini diwujudkan dalam bentuk karikatur, tajuk, surat pembaca, kolom, surat pembaca dan artikel. Biasanya, surat pembaca dan artikel memang ditulis oleh penulis luar dalam hal ini adalah pembaca dan masyarakat luas. Rubrik ini ditujukan sebagai sarana membangun komunikasi dua arah antara redaksi dengan pembacanya. Di beberapa media tertentu, pengaruh surat pembaca sangat siginifikan. Misalnya di media nasional seperti KOMPAS dan Tempo.
Seseorang yang ingin menulis artikel di media massa harus paham bahwa media yang ia tuju adalah media yang dibaca oleh banyak orang. Artinya secara teoritis pembacanya adalah orang-orang yang beragam baik dari sisi usia, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Impilikasinya, ia harus bisa membuat artikel yang bisa mudah dimengerti oleh semua kalangan pembaca, termasuk didalamnya efek sosial politis yang mungkin timbul dari tulisannya tersebut.
Meskipun pada umumnya ditujukan untuk kalangan umum, setiap media memiliki kekhususan tertentu. Dalam bahasa bisnis disebut sebagai segmen pasar. Ada penerbitan yang isi artikel ditujukan hanya untuk konsumen bisnis seperti majalah ekonomi dan swasembada. Khusus dibidang komputer seperti CHIP, Elektro indonesia, Komputek. Majalah keluarga seperti Femina dan Bunda. Majalah keisalaman seperti Sabili, Tarbawi, Elfata, Hidayatullah dsb. Media massa umum seperti Jawa Pos, KOMPAS, Suara pembaruan, Republika, Suara Karya, Surabaya Post dan sejenisnya tetap memiliki segmen yang berbeda. Semua tergantung kebijakan redaksi masing-masing.
Oleh karena itu, mengenali karakteristik media yang dituju menjadi sesuatu hal yang sangat mutlak bagi penulis artikel. Seorang penulis artikel harus memahami "selera" dan "Misi" setiap penerbitan masing-masing. Menulis artikel di Jawa Pos memerlukan pendekatan yang berbeda ketika kita menulis artikel di media lokal. Karena ke-2nya memiliki ciri khas masing-masing.
AKTUAL
Apa sebenarnya yang ingin dijual oleh media massa ? INFORMASI. Tepat sekali. Karena itu salah satu kehebatan sebuah media biasanya diukur lewat pertanyaan "seberapa aktual informasi yang disajikan?". Nah, penulis artikelpun harus mengikuti jalur ini.
Untuk bisa mengetahui aktualitas berita, penulis artikel dituntut untuk gemar membaca dan membaca. Karena itu, sebelum memutuskan untuk menjadi penulis syarat mutlak yang juga perlu dijawab adalah "seberapa besar minat kita untuk membaca?" Lupakan saja menjadi penulis artikel yang baik jika memang tidak suka membaca.
Aktualitas artikel bisa diperoleh dengan mengamati fenomena-fenomena yang saat ini sedang terjadi. Misalnya, ketika terjadi bom bali II silam insting menulis saya langsung bilang "Berarti sistem pertahanan kita lemah". Berangkat dari situ dan didukung sejumlah referensi saya akhirnya bisa menulis artikel dengan judul "Teknologi Pencegahan Terorisme" yang kemudian dimuat di media Suara Karya. Atau ketika ramai-ramainya protes warga korban SUTET PLN di jakarta kemarin saya juga sempat membuat tulisan "Berbahayakah Radiasi SUTET" yang keesokan harinya langsung dimuat di Radar Surabaya. Sebenarnya secara subtansial isi artikel yang saya tulis diatas tidak terlalu mendalam (bahkan untuk ukuran intelektual sangat dangkal), tetapi karena media mengingikan sesuatu yang aktual, fresh dan baru maka yang demikian pun bisa dimuat. Logikanya mungkin begini "Jelek-jelek dikit gak apalah yang penting aktual, ketimbang artikelnya bagus tapi basi !!!".
Nah,jika kita mau jeli, ada banyak kejadian dimasyarakat yang bisa kita analisa. Misalnya lagi tentang berita masuknya majalah Playboy, Impor beras, CPNS atau tentang bencana alam yang hingga hari ini masih terus terjadi. Sekali lagi, kuncinya hanya satu : Banyak-banyaklah membaca.
DARI MEDIA KECIL
Jika kita seorang penulis pemula, jangan memaksakan diri untuk menulis artikel di media cetak besar. Lebih baik jika memulai mengirim artikel pada media lokal sembari mulai mengenalkan diri kepada redaksi. Syukur jika bisa secara rutin bisa menulis dimedia yang bersangkutan. Pada umumnya, redaksi media cetak lokal justru memiliki banyak waktu untuk menyeleksi dan memberi komentar terhadap artikel yang masuk.
Ada baiknya juga jika kita menjadi penulis dengan spesialiasi khusus. Bukan berarti menulis sembarang tema tidak boleh, tetapi biasanya redaksi akan memberikan peluang lebih bagi artikel yang ditulis sesuai dengan kompetensinya. Saya misalnya, sejak mulai merintis menulis selalu mengkhususkan diri dibidang Iptek dan pendidikan. Pernah sekali dua kali menulis dibidang sosial, tetapi tidak pernah dimuat.
Penulis-penulis yang sudah punya namapun biasanya hanya akan menulis artikel sesuai dengan kompetensinya. Sebut saja, Yohannes Surya dan Terry Mat yang konsisten menulis tentang dunia ke-fisika-an. R Panca Dahana dengan tulisan seputar kebudayaan. Indra J Pillang biasanya menulis tentang pemilu. Taufik yang biasa menulis artikel tentang astronomi di KOMPAS. Anita Lie, Ki Supriyoko lewat tulisannya seputar pendidikan. Hermawan Kartajaya dengan kolom-kolom marketingnya. Juga ada Hernowo yang biasa menulis artikel tentang baca-tulis atau Tommy Su yang biasa membahas masalah akulturasi kebudayaan. Di Surabaya, ada Pak Alisyabana yang identik dengan tulisan-tulisan tentang problematika tata kota.
Akhirnya, yang tidak boleh kita tinggalkan adalah soal etos kerja. Menulis artikel memerlukan sebuah ketekunan dan kadang-kadang membutuhkan riset kecil-kecilan untuk mendukung validitas data yang kita tulis. Displin untuk tetap menulis, meskipun artikel yang kita kirim belum juga dimuat.
Bahan dari:
Sumber : Milis Penulislepas (penulislepas@yahoogroups.com)
Penulis : Hadynur
Sabtu, Februari 18, 2012 | 0 komentar | Read More

Info Lomba Menulis Cerpen, Deadline 25 februari 2012

Written By Menulis untuk Kehidupan on Jumat, 17 Februari 2012 | Jumat, Februari 17, 2012

Lomba Bikin Cerpen Madani FM Salatiga
Deadline: 25 Februari 2012

3 Pemenang utama mendapat hadiah:
1. Uang tunai total Rp 1.000.000
2. sertifikat senilai Rp 50.000
3. CD motivasi life revolution Tung Desem Waringin senilai Rp 9.000.000
4. Kursus broadcasting selama 1 bulan senilai Rp 600.000 di radio madani FM salatiga.
5. Pemenang harapan mendapat hadiah : CD motivasi life revolution Tung Desem Waringin senilai Rp 9.000.000

Caranya:
1. Buka www.madanindonesia.com (huruf i satu) dan klik suka di fanpagenya (fb dan twitter)
2. Daftar di kolom komentar di bawah ini: http://madanindonesia.com/radio-madani-fm/read/lomba-bikin-cerpen-madani-fm-salatiga/, tulis nama+alamat+pekerjaan+nomor hape (akan disembunyikan)
3. Transfer uang pendaftaran RP. 25.000 ke BNI rek.0238140685 an.Rita Dwi Hastuti, lalu konfirmasi nomor resi pengiriman ke nmr 085293006544 (Rita).
4. Kirim cerpen, ketentuan:
o cerpen fiksi
o tema Bebas : tidak SARA, tidak cerita porno, tidak karya plagiat, belum dipublikasikan di media manapun sebelumnya.
o font times new roman 12
o minimal 2 lembar A4
o margin 3322
o spasi 1,5
kirim ke : madanifm_sala3@ymail.com atau tamos_world@yahoo.com.
5. Konfirmasi pengiriman cerpen ke nomor 085293006544 (rita), jangan lupa cerpen yang dikirim disertai biodata penulis.

• Lomba ini akan ditutup tanggal 25 Februari 2012.
• Penjurian dilakukan oleh personal FLP Salatiga.
• Pengumuman akan diumumkn via fb,web madani,juga di sms langsung oleh panitia pada tanggal 3 Maret 2012.
• Cerpen pemenang menjadi hak panitia dan akan kami upload di web madani dan dicetak di majalah Madani. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
• 50 pendaftar pertama akan mendapat diskon tiket 50% Workshop Hypnoselling bersama Tim MindPower Institute (hypnosis and empowerment) senilai Rp 250.000, yang akan diselenggarakan tanggal 10 Maret 2012 di Hotel Beringin Salatiga
Jumat, Februari 17, 2012 | 0 komentar | Read More

Pesan Buat Penulis Pemula

7 Jangan untuk Para Penulis
Penulis : Mahardica
Hanya tujuh? Tentu tidak. Tapi sebagai langkah awal untuk menjadi penulis yang berhasil, tujuh hal inilah yang wajib dihindari seorang penulis. Untuk selanjutnya, biarlah pengalaman yang mengajari Anda.
1. Menulis buku tanpa melengkapi bagian-bagian buku, seperti prakata, daftar pustaka, indeks, glosarium
Kata pengantar/prakata penting untuk membantu pembaca meraba apa yang bisa ia dapatkan dari buku Anda. Daftar pustaka, indeks dan glosarium juga sangat membantu pembaca agar bisa lebih cepat menuju apa yang ia cari. Tak jarang sebelum memutuskan untuk membeli, seorang pembaca akan memeriksa daftar pustaka, indeks maupun glosarium sebelum memutuskan apakah buku tersebut sesuai dengan yang ia inginkan. Daftar nama, istilah, peristiwa, tanggal penting dalam sebuah indeks atau daftar definisi dalam sebuah glosarium sangat disukai, terutama oleh mereka yang sedang mencari bahan referensi.
2. Mengirim naskah tanpa pengantar atau proposal.
Pengantar atau proposal bukanlah untuk berbasa-basi. Pengantar atau proposal yang Anda sertakan ketika mengirim naskah ke penerbit/media akan membantu editor mendapat gambaran apa yang Anda tawarkan. Pengantar yang baik dan menarik juga akan membawa kesan pertama yang baik untuk editor.
3. Mengutip tanpa mencantumkan sumber kutipan.
Ingat, ini adalah jaman dimana hak cipta menjadi satu tema pokok dan lumayan sensitif. Anda boleh saja tidak setuju dengan masalah hak cipta (dan masalah ini memang masih jadi bahan perdebatan). Namun terlepas dari masalah hukum tadi, penulis yang baik adalah yang menghormati sejawatnya. Jika Anda lupa darimana Anda mendapatkan kutipan tersebut, lebih baik urungkan niat Anda mencantumkan kutipan itu. Jika ternyata hanya mampu mengingat sebagian informasi (nama atau judul buku) dari sumber kutipan yang sangat penting, dengan terpaksa pakailah kalimat tak langsung atau akui saja dalam tulisan bahwa Anda memang lupa. Penulis yang baik bukanlah yang menulis dengan tujuan untuk mencari nama, popularitas, pujian maupun kekayaan belaka; memberi sumbangan pikiran dan membagi wawasan yang dimiliki kepada khalayak adalah tujuan yang jauh lebih mulia. Sebab itu tak ada salahnya terlihat "bodoh" namun jujur daripada terlihat "pintar" tapi ternyata hanya klaim palsu. Demikian juga tak ada ruginya "mempromosikan" tulisan orang lain dalam tulisan Anda. Bahkan referensi/sumber kutipan yang lengkap malah membuktikan bahwa Anda menulis dengan landasan yang kuat.
4. Menulis tanpa berempati terhadap pembaca.
Jika dalam dunia dagang dikenal "pembeli adalah raja", hal yang sama juga terjadi pada dunia penulisan. Pembaca bahkan adalah dewa, karena hidup mati seorang penulis mutlak bergantung pada pembaca. Lebih dari sebuah hubungan jual beli, dalam dunia penulisan pembaca juga bisa menghasilkan produk yang sama (yaitu tulisan) dalam bentuk resensi, komentar atau kritik terhadap sebuah tulisan. Karena itu, jangan sekali-kali mengabaikan pembaca, mereka bisa sewaktu-waktu berubah menjadi sama atau bertukar posisi dengan Anda.
5. Menulis tanpa referensi yang memadai.
Tak hanya buku non-fiksi, buku fiksi pun memerlukan referensi. Kecuali Anda seorang yang memiliki imajinasi begitu luar biasa sehingga mampu menciptakan sebuah setting, karakter, dan sebuah realitas yang benar- benar murni dan belum pernah terpikirkan sebelumnya, barulah Anda boleh menulis tanpa banyak referensi selain dari imajinasi Anda sendiri. Semakin lengkap referensi yang dimiliki, tulisan akan semakin meyakinkan dan berkualitas. Ide yang sangat bagus namun referensinya kurang (kurang lengkap atau malah kurang tepat) akan berpotensi untuk cepat disanggah dan kemudian segera dilupakan.
6. Asal menulis
Jangan asal menulis. Meski saat ada ide Anda memang harus segera menuliskannya, namun lebih baik pakailah tulisan awal itu sebagai brainstorming dahulu. Setelah itu, tentukan teknik menulis terbaik yang akan Anda pakai. Tak jarang teknik atau cara menulis/bercerita lebih utama daripada isi cerita itu sendiri. Rencanakan segala sesuatunya dengan matang. Inilah perlunya outline/kerangka karangan. Tak ketinggalan, terutama dalam menulis fiksi, karakter juga memiliki peran penting. Ada pembaca yang tertarik mengikuti sebuah cerita karena penasaran atau jatuh cinta dengan karakternya. Rencanakan, dan setelah itu jangan lupa juga untuk segera menuangkannya dalam tulisan.
7. Menolak naskahnya disunting editor
Apakah Anda menganggap editor hanyalah seorang yang suka mengacak- acak tulisan orang lain dan menggantinya sekehendak hatinya? Ya, editor (dan kritikus) kadang memang menjengkelkan, bertindak seakan dirinya tuhan. Tapi hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan menjalin hubungan yang baik serta sering berkomunikasi untuk mencapai titik temu terbaik. Namun jangan sampai Anda menganggap peran editor tidak diperlukan. Tanpa editor, tulisan Anda bisa terjebak dalam subyektifitas. Pada akhirnya, kerendahan hati adalah karakter kunci untuk berkembang.
Jumat, Februari 17, 2012 | 0 komentar | Read More

Tips Menulis Esai

Apakah Esai Itu?
Penulis : Lucile Vaughan Payne
Esai bukanlah sekadar rekaman fakta-fakta atau hasil imajinasi murni. Tulisan yang Anda buat dalam pelajaran sejarah yang dipenuhi dengan fakta-fakta yang dikumpulkan dari berbagai referensi mungkin nampak seperti sebuah esai. Namun, seberapa pun cermatnya Anda dalam menulis ulang semua fakta tersebut, meskipun dengan bahasa Anda sendiri, tulisan itu bukanlah esai. Esai juga bukan kejadian atau pengalaman yang Anda tuliskan dalam pelajaran bahasa, tak peduli betapa nyata, cerdas, menyentuh, berurutan, jelas, rinci, dan lengkapnya tulisan Anda itu.
Mungkin Anda telah membuat ratusan tulisan dalam bentuk seperti di atas dan mengumpulkan semua berdasarkan "temanya". Anda mungkin akan menyebutnya sebagai sebuah esai, tapi itu juga bukan esai. Jadi, apakah esai itu? Esai adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya.
Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini. Esai memang bisa berbeda menurut kualitas, jenis, panjang, gaya, dan subjek. Esai juga bisa berbentuk sederhana sampai yang sangat kompleks, namun semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi sebagai analisa akhir. Inilah perbedaan mendasar antara esai dengan tulisan ekspositoris atau sebuah laporan. Sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut.
Tentu, Anda harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai. Hanya saja, Anda juga harus memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan opini itu, bagaimana menyampaikannya, dan bagaimana mengungkapkan nilai yang dibawanya. Sebelum mendapatkan opini, Anda harus lebih dulu menentukan subjek yang hendak ditanggapi karena opini harus berhubungan dengan subjek tertentu.
SUBJEK ESAI
Apa yang harus ditulis? Pertanyaan ini memiliki jawaban yang tidak terbatas. Anda dapat menuliskan segala jenis topik; dari persahabatan, politik, sepatu, menjual lilin, sampai esai tentang esai itu sendiri. Satu-satunya persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa penulis harus cukup memahami topik tersebut sehingga ia dapat membentuk sebuah opini. Lalu, apa batasan dari "cukup memahami" itu? Jawabannya juga tidak sulit. Sebagai manusia, seperti yang lain, kita pasti "cukup memahami" dan akrab dengan banyak hal di sekitar kita; persahabatan, hubungan keluarga, pertumbuhan, makan, tidur, dan banyak lainnya. Tentunya semua itu dapat dipakai sebagai bahan menulis esai.
Bagaimanapun juga, "pemahaman yang cukup" untuk menuliskan tema-tema spesifik memerlukan pengetahuan atau pemahaman akan disiplin ilmu tertentu. Kita mungkin bisa menulis sebuah esai mengenai topik seperti persahabatan tanpa perlu memberikan banyak fakta. Namun, untuk topik- topik seperti Puritanisme atau sejenisnya, tentunya kita memerlukan informasi yang dapat diuji secara "ilmiah". Referensi sendiri bisa didapatkan dari banyak sumber, mulai dari buku sampai media internet. Menulis tentang bidang yang sesuai dengan minat kita juga akan sangat mempermudah dan mempercepat proses penulisan itu sendiri. Karenanya, seorang yang mempunyai hobi dalam satu bidang tertentu juga dapat disebut sebagai seorang yang memiliki "pemahaman yang cukup". Bahkan, sekalipun kita tidak menaruh minat yang begitu besar dalam satu bidang pembahasan, kita tetap dapat menulis sebuah esai yang baik asalkan dapat mengumpulkan banyak fakta. Dengan membaca berbagai informasi yang bisa dipertanyakan, dibandingkan, atau yang dapat Anda nilai sendiri, pengetahuan tentang satu bidang baru juga akan Anda dapatkan dengan cepat.
Menulis sebuah esai yang didasari oleh pengetahuan khusus memang cenderung lebih mudah daripada menulis esai tentang hal-hal atau pengalaman yang sudah sering ditemui di sekitar kita. Berbeda dengan kebiasaan yang sering terjadi dalam sebuah opini, seorang penulis esai hendaknya tidak boleh hanya berpegang pada "perasaan bahwa ia benar", namun lebih beranggapan bahwa "pikiran saya benar". Jadi, opini yang terdapat dalam sebuah esai juga harus didasarkan pada apa yang Anda pikirkan dan bukan hanya pada apa yang Anda rasakan. Yang jelas, setiap esai harus memiliki opini, dan opini yang terbaik adalah didasari oleh pikiran dan perasaan.
APAKAH OPINI ITU? BAGAIMANA ANDA MEMUNCULKANNYA?
Banyak orang yang mendefinisikan opini dengan sangat bebas. Segala prasangka, sentimen, tuduhan, dan segala jenis omongan yang tanpa dasar seringkali disebut sebagai sebuah opini. Namun, opini yang ingin disampaikan dalam sebuah esai harus memenuhi definisi sebagai berikut.
opini: sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian.
Ujilah opini Anda dengan definisi di atas untuk menilai apakah Anda telah memiliki topik esai yang baik. Apakah opini tersebut didasari atas keyakinan mutlak? Atau pengetahuan yang sahih? Apakah Anda dapat membuktikan kebenarannya di atas semua keraguan yang beralasan? Jika ya, berarti itu bukan opini, tetapi fakta -- atau sebuah hasil observasi yang telah diterima secara luas sehingga menjadi sebuah fakta. Fakta harus terlebih dulu diubah menjadi sebuah opini sebelum dimunculkan dalam sebuah esai. Misalnya, fakta menunjukkan bahwa jumlah penduduk negara kita tahun ini adalah sekian ratus juta. Untuk mengubah fakta tersebut menjadi sebuah opini tugas Anda sekarang adalah menilainya. Anda bisa menilai bahwa budaya negara kita berubah karena pertambahan penduduk yang demikian cepat; atau perlunya perubahan kebijakan ekonomi yang dapat menjamin setiap warga bisa mencukupi kebutuhannya, dll. Dengan membuat sebuah penilaian/tanggapan, maka Anda telah mengubah fakta menjadi sebuah opini. Dengan demikian, Anda telah memiliki topik esai yang baik.
Namun, tidak semua opini dapat menjadi topik sebuah esai. Jika ada pernyataan "menjalin persahabatan penting bagi hubungan antarmanusia", pernyataan ini bisa disebut opini karena tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau statistik. Walau demikian, pernyataan itu merupakan opini yang lemah untuk dikemukakan dalam sebuah esai karena tidak merangsang timbulnya argumen lain. Dari segi praktis, itu adalah fakta. Untuk membuatnya menarik, Anda bisa mengubahnya menjadi opini yang lebih tajam seperti "persahabatan adalah hal terpenting bagi manusia", misalnya. Tapi cara yang lebih efektif dalam menarik minat pembaca adalah dengan mengawalinya dengan berbagai pertanyaan menantang seperti, "apakah persahabatan antarpria lebih awet daripada wanita?" "bisakah persahabatan yang murni terjalin antara pria dan wanita, ataukah antara orang tua dan anak?" dst.
Jika kita melihat pertanyaan-pertanyaan tersebut, pembaca mungkin bisa menjawab ya atau tidak saja. Tapi bagaimana jika Anda mengubah kata tanya tersebut dengan kata tanya yang lebih memerlukan penjelasan seperti "mengapa", "apakah", atau "bagaimana"?
- Bagaimana orang tua dapat bersahabat dengan anak?
-Mengapa persahabatan antarpria lebih awet daripada antarwanita? (atau sebaliknya)
- Apakah persahabatan itu?
Makin banyak pertanyaan yang Anda ajukan pada diri Anda akan semakin baik. Setelah itu, Anda akan dapat mengenali pertanyaan yang penting dan yang tidak, yang terlalu luas dan yang terlalu sempit, dsb. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tak jarang Anda juga akan menemukan opini-opini yang belum pernah Anda sampaikan sebelumnya (artinya: Anda tidak pernah benar-benar tahu apa yang sebenarnya Anda pikirkan). Teruslah melontarkan pertanyaan. Ketika Anda menemukan satu opini pribadi yang sangat menarik berarti Anda telah memasuki wilayah seorang penulis esai.
APA YANG MEMBUAT SEBUAH OPINI MENARIK?
Jika diminta untuk memilih sebuah opini yang paling menarik, mungkin kita akan memilih berdasarkan minat kita karena kita akan selalu dapat menulis dengan baik topik yang kita kuasai/sukai atau yang dengan gampang kita tuliskan. Namun, topik yang menarik sesungguhnya adalah yang "bertentangan"! Jika jumlah orang yang tidak setuju dengan tulisan Anda cukup signifikan, maka bisa dipastikan pandangan Anda akan menarik perhatian. Pembaca tidak akan tertarik dengan sesuatu yang artinya memang sudah jelas dan tepat. Anda tentu boleh menuliskan hal seperti itu, namun siapa yang akan mengindahkannya?
Sebuah esai akan gagal jika tidak mempunyai argumen. Setiap analisa akhir dari esai adalah argumen. Analisa akhir itulah yang menjadi opini penulis esai tentang satu topik yang berlawanan dengan opini orang lain. Kalimat "A lebih baik (atau jelek) dari B" adalah kalimat yang jelas akan menimbulkan argumentasi. Namun, Anda juga tak perlu harus menyatakan sejelas itu. Saat menyatakan bahwa "balap mobil mempromosikan keamanan berkendara", berarti Anda telah berargumentasi dengan pendapat banyak orang yang menganggap balap mobil hanya akan mengakibatkan kecelakaan.
MENGUJI PERTENTANGAN
Ketika sedang membuat sebuah opini esai, usahakan agar Anda juga dapat menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul dari opini yang bertentangan. Yang dimaksud dengan opini yang bertentangan tentu tidak selalu berarti berkebalikan. Jika Anda mengatakan "Animal Farm" adalah novel terbaik sepanjang masa, tentu tak akan ada orang yang cukup sembrono menyatakan "Animal Farm" sebagai novel terjelek sepanjang masa. Mungkin yang ada ialah kritik atas pernyataan Anda tersebut, yang mungkin akan mengatakan novel itu terlalu pendek, penokohannya kurang tajam, dsb. Jadi, opini yang menentang tidak selalu kebalikan dari opini Anda. Yang jelas akan ada perbedaannya.
Dengan mempertimbangkan secara seksama kemungkinan pertanyaan ini, mungkin pikiran dan opini Anda akan berubah. Bagus! Anda masih memiliki opini, walau mungkin telah berubah. Opini baru itu tentu akan lebih kuat dari sebelumnya. Atau meski opini awal Anda tetap yang paling kuat, dengan menguji berbagai kemungkinan pertentangan ini, Anda akan mendapat lebih banyak ide untuk mempertahankan pendapat Anda.
Meski demikian, opini hanyalah sebuah pendapat pribadi tentang kebenaran. Anda tidak bisa mengharapkan opini esai Anda menjadi bukti ilmiah. Tujuan Anda adalah untuk meyakinkan, bukan membuktikan. Kekuatan esai Anda diukur dari keberhasilannya meyakinkan pembaca. Setiap opini esai Anda pada akhirnya dapat diuji kekuatannya dengan dua pertanyaan berikut.
1.Bisakah sebuah argumen yang valid dibuat untuk menentangnya?
2. Bisakah saya mempertahankan pendapat melawan argumen tersebut?
Jika keduanya Anda jawab "ya" berarti Anda sudah boleh lega dan yakin bahwa Anda telah berhasil membuat esai yang menarik.
PERCAYA PADA APA YANG ANDA KATAKAN
Topik sebuah esai memang harus berupa argumen. Namun, argumen tersebut harus jujur dan cerdas. Anda memang boleh mengemukakan opini yang berlawanan dengan pendapat banyak orang. Namun, menyatakan sebuah opini berani hanya untuk menarik perhatian adalah tindakan yang konyol. Lebih buruk lagi, tindakan itu menunjukkan suatu ketidakjujuran. Anda mungkin bisa berhenti melakukan tindakan konyol, namun ketidakjujuran tidak bisa diobati. Kejujuran adalah hal terpenting karena ketidakjujuran dalam esai akan segera tercium oleh pembaca. Jadi, selalulah percaya pada apa yang Anda katakan, walau sekali lagi ini bukan berarti Anda harus reaktif menolak semua pendapat yang menentangnya. (t/ary)
Bahan diterjemahkan dan diedit (dengan beberapa penyesuaian konteks perkembangan zaman) dari:
Buku : The Lively Art of Writing
Penulis : Lucile Vaughan Payne
Judul Artikel : What is An Essay?
Penerbit : Follett Publishing Company, 1965
Halaman : 13-22
Jumat, Februari 17, 2012 | 0 komentar | Read More

Ada Apa dengan Puisi ???

Ah, Puisi?
Penulis: Ary Cahya Utomo
Apakah yang ada di benak kita saat menyebut kata "puisi"? Apakah syair-syair cinta seperti yang ada di Kidung Agung? Ataukah untaian kalimat indah, sebagaimana di kartu-kartu ucapan, yang memakai gaya bertutur ala Shakespeare, Gibran, atau bahkan Rangga? Ataukah bait- bait kalimat yang diucapkan dengan suara lantang seperti orang berorasi? Mungkin kita malah menganggap setiap kalimat yang tidak umum dan disusun secara berirama sebagai puisi? Gambaran tiap orang tentang sebuah puisi memang bisa berbeda-beda. Semua tergantung pengalaman pribadinya dengan apa yang disebut puisi itu. Meski begitu, tentunya puisi bukanlah suatu bentuk tulisan yang asing bagi kita.
cara pribadi, saya menyetujui hakikat puisi sebagai suatu bentuk tulisan yang bersifat sangat pribadi/personal. Sebuah puisi biasanya dan mungkin juga hanya akan berisi cerminan pemahaman sang penulis puisi (penyair) akan sesuatu hal di dunianya. Ini tentu jauh lebih pribadi dari artikel yang bisa lebih banyak mengutip pendapat orang lain daripada pendapatnya sendiri; juga lebih personal dari karya seorang novelis yang tidak selalu mewakili dirinya sendiri. Sedemikian privasi dan subyektifnya sebuah puisi sehingga memiliki makna tersendiri. Hal ini menjadi salah satu alasan yang menyebabkan sebagian orang menganjurkan agar puisi tidak diterjemahkan.
Puisi, untuk satu dan lain hal, bentuknya juga cenderung mudah dikenali, baik ketika masih berbentuk aksara maupun setelah dibacakan. Kata-kata yang tidak biasa, penggunaan metafor, hingga ketidaklengkapan kalimatnya memberi ciri tersendiri bagi puisi. Ribut Wijoto malah berpendapat bahwa salah satu ciri mendasar dari puisi menyerupai gaya bertutur pengidap skizofrenia.
Apakah itu alasan yang menimbulkan pendapat bahwa menulis puisi adalah sulit? Bisa ya bisa tidak. Apakah itu yang membuat orang suka menulis puisi? Bisa ya bisa tidak.
Namun, penggunaan berbagai metafor atau kata-kata yang tidak biasa dalam puisi sendiri pada dasarnya adalah bagian dari proses berkomunikasi dan berbahasa. Sama seperti jika ada orang Indonesia yang lebih suka mengungkapkan beberapa hal (rasa sakit, rasa terkejut, rasa senang, dsb) dalam bahasa Inggris karena ia merasa kata itu lebih tepat dan efektif dalam menggambarkan apa yang ada di pikirannya. Karenanya, seorang penyair tentu saja orang yang pandai mengolah bahasa. Inilah sifat puisi yang lain, yakni efektif dalam memakai kata-kata untuk menyampaikan pendapat dan pikiran. Oleh karenanya, tak heran jika kita mengenal genre puisi yang berasal dari Jepang bernama haiku, yang hanya terdiri dari 14 suku kata. Bahkan dalam dunia puisi modern, kita juga bisa menjumpai sebuah puisi yang hanya berisi satu atau dua kata saja.
Dalam konteks sejarah, puisi juga termasuk salah satu bentuk tulisan yang usianya sangat tua. Mungkin bisa disebut sebagai nenek moyang dalam dunia penulisan. Keberadaan syar-syair tua seperti Kidung Agung, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, serta syair-syair mitologi Yunani sebagaimana terdapat dalam Iliad dan Odyssey karya Homerus adalah buktinya. Demikian juga dengan kitab-kitab kebijaksanaan Tao dan Konfusius, atau tradisi sastra lokal seperti pantun, gurindam, seloka, dsb., semuanya disajikan dalam syair-syair yang indah.
Seiring perkembangan sejarah peradaban manusia, puisi (sastra) juga terus-menerus mengambil semakin banyak peran dan pengaruh dalam kemajuan kehidupan manusia. Kemajuan peradaban Tiongkok (yang juga mempengaruhi Vietnam, Jepang, dll.) tentu tak bisa dilepaskan dari budaya mereka yang sangat menjunjung tinggi sajak- sajak dan para penyair. Sementara dalam dunia sosial dan politik telah berkali-kali pula dicatat peran para penyair misalnya, Pablo Neruda, Wiji Thukul, Nikolai Vaptsarov, Fransisco Borja da Costa, juga Chairil Anwar yang lewat puisi mereka memimpin bangsanya ke arah perubahan. Pemimpin politik seperti Ho Chi Minh dan Mao Zedong pun merasa bahwa puisi adalah sarana yang cocok untuk mengekspresikan pikirannya. Karena puisi pulalah hati dan gairah dapat menyala dan berkobar, dan puisi pulalah yang sanggup memerahkan telinga wapres kita sampai akhirnya marah-marah di acara HUT PGRI ke-60 di Solo beberapa waktu lalu.
Sejarah puisi terlihat indah dan penuh kemenangan. Namun, bagaimana dengan kenyataan yang ada sekarang? Puisi sukar dipahami. Bahasanya terlalu "ndakik-ndakik", kata kritikus. Seperti telah disinggung di atas, bisa jadi itulah yang membuat orang malas menulis atau membaca puisi. Di dunia di mana budaya konsumerisme semakin menjadi pilihan untuk menjalani hidup, keinginan untuk mendapatkan segala sesuatu secara instan adalah yang utama. Posisi puisi dengan bahasa yang sepertinya sengaja "dipersulit" untuk bisa dimengerti dan hanya berkutat pada masalah pribadi si penyair (apalagi yang belum terkenal) tentu akan semakin tersingkirkan atau menjadi terlalu eksklusif. Slogan seni untuk seni (l"art pour l"art) yang mungkin masih diyakini oleh beberapa penyair sampai saat ini hanya menempatkan puisi sebagai menara gading. Puisi hanya semata masalah keindahan. Bagi perkembangan masyarakat, ia tidak membawa dampak apa-apa. Akibatnya masyarakat sendiri menjadi apatis dengan puisi. Puisi hanya menjadi milik mereka yang "paham". Penulisan puisi kemudian terbatas di kartu-kartu ucapan yang hanya dibaca sekali lalu lebih sering dibuang. Apresiasi masyarakat atas puisi atau sastra atau seni menjadi seperti apresiasi penduduk Yunani akan Allah yang Tak Dikenal (Kis. 17:23); tahu bahwa Ia ada, namun terasa jauh, sukar dipahami, dan seringkali mengakibatkan "pengetahuan" itu menjadi milik segelintir orang saja (seniman, kritikus, kurator, dsb.).
Paradigma dan keadaan seperti itu tentulah bukan sesuatu yang harus dipertahankan. Dalam lingkungannya sendiri, seni dan sastra realis, baik realisme sosialis, realisme magis, dan sejenisnya, yang menolak bentuk eksklusif dan tidak menyuarakan apa-apa selain nilai estetika, sempat dan masih sering dipakai untuk mengatasi masalah itu. Sementara dalam segi kemasan, sastra, khususnya puisi mulai mengalami metamorfosanya sendiri. Film seperti "Ada Apa dengan Cinta", milis-milis, juga komunitas-komunitas penggemar jenis tulisan puisi (anggotanya bahkan umumnya anak muda, yang beberapa di antaranya malah sudah menerbitkan buku antologi puisi karya mereka sendiri), menjadi media yang subur bagi pengembangan puisi. Gaya bahasa puisi kontemporer yang semakin sederhana, pembawaan puisi dengan gaya teatrikal, meledak-ledak seperti orasi, dsb. menjadi beberapa cara yang telah ditempuh guna mengubah puisi agar lebih komunikatif dan menjadi milik semua orang.
Anggapan bahwa pembaca puisi hanyalah kalangan yang terbatas saat ini juga mulai menyurut. Setidaknya lihatlah betapa banyak buku Kahlil Gibran yang beredar di toko buku saat ini. Dalam literatur Kristen, tengok pula berapa banyak orang terinspirasi oleh puisi berjudul "Footprints". Begitu juga fakta bahwa banyak orang telah mendapat inspirasi dan hidupnya berubah setelah membaca ayat dalam Kitab Suci yang ditulis dengan gaya bersyair. Namun, sekali lagi harus diakui bahwa mengubah paradigma masyarakat yang menganggap berpuisi dan membaca puisi sebagai kegiatan tak berguna merupakan perjuangan tersendiri.
Beberapa Sumber Bacaan:
1. JJ Kusni, Esai Ketika Dicemoohkan, Puisi Terus Ditulis
http://cybersastra.net/cgi-bin/naskah/viewesai.cgi?category=5&id=1030351856
2. Percy Bysshe Shelley, A Defence of Poetry (dalam bentuk ebook
dari Project Gutenberg)
3. Ribut Wijoto, Artikel Skizofrenia pada Gejala Estetik Puisi
http://www.sinarharapan.co.id/hiburan/budaya/2003/014/bud3.html
Jumat, Februari 17, 2012 | 0 komentar | Read More