Tips Tulisan Dimuat Rubrik Hikmah
Republika
Sebetulnya saya sudah berangan-angan cukup lama
untuk menulis mengenai tips dan trik sebuah tulisan bisa dimuat sebuah media
baik cetak maupun online, dalam hal ini Rubrik
Hikmah Republika. Namun karena berbagai sebab,
akhirnya baru kali ini saya mulai komitmen untuk nulis tips dan trik supaya
dimuat media massa (terutama cetak). Tips dan trik ini ditulis berdasarkan
pengalaman pribadi, bincang dengan kawan yang kebetulan “satu frame”, maupun
mengamati dari penulis-penulis lain. Meski demikian, tak ada jaminan setelah
baca tips ini tulisan kawan-kawan akan langsung dimuat media.
Intinya yakni,
ketika kita mengerjakan hal apapun, adalah mau belajar, kerja keras, konsisten
dan persisten. Terlalu purba memang pepatah itu, tapi banyak benarnya. Begini,
menulis itu ibarat berenang, yang meskipun mati-matian Anda belajar ihwal ilmu
renang, tips berenang cepat supaya menang lomba dan sebagainya, namun tanpa
mempraktikkan ilmu yang sudah didapat maka nothing. Sampai kapanpun tak akan
menjadi perenang. Alih-alih jadi perenang hebat, yang ada malah bosan dan jenuh
sendiri karena setumpuk ilmu, materi tentang renang, tak pernah dipraktikkan.
So,
mulailah belajar nulis dengan nulis, nulis dan nulis. Ok, masih semangat ya!
Kembali ke fokus. Rencananya saya (doakan saja) akan nulis semacam serial tips
dan sedikit trik nulis di media massa cetak maupun online (berbasiskan
pengalaman tadi). Niatnya mudah-mudahan bisa sedikit memberikan manfaat buat
kawan-kawan yang baru belajar menulis. Kan, sampaikanlah walaupun hanya satu
ayat. Karena sedikit kemampuan saya ada di bidang tulis-menulis ini, maka
izinkanlah untuk sharing ilmu yang sedikit itu.
Rubrik
“Hikmah”
Kali ini saya akan nulis tips bagaimana nulis di Rubrik Hikmah Republika. Namun, sebelumnya ada baiknya dijelaskan dulu secara sederhana apa itu kolom Hikmah Republika? Secara umum, dan idealnya, di setiap media massa cetak selalu disisihkan (disediakan) ruang untuk kontributor luar (maksudnya penulis lepas yang bukan wartawan media bersangkutan). Nah, ruang-ruang itu macam-macam. Ada yang hanya menyediakan kolom opini (penamaan kolom ini berbeda antara media satu dengan yang lain, ada yang menamainya dengan “opini” seperti Kompas, Media Indonesia, SINDO, dsb, “gagasan” seperti Koran Jakarta, “Wacana” seperti kelompoknya Jawa Pos = Radar Tasikmalaya, Radar Banten, Sumedang Express, dan “Radar-radar” lainnya).
Kali ini saya akan nulis tips bagaimana nulis di Rubrik Hikmah Republika. Namun, sebelumnya ada baiknya dijelaskan dulu secara sederhana apa itu kolom Hikmah Republika? Secara umum, dan idealnya, di setiap media massa cetak selalu disisihkan (disediakan) ruang untuk kontributor luar (maksudnya penulis lepas yang bukan wartawan media bersangkutan). Nah, ruang-ruang itu macam-macam. Ada yang hanya menyediakan kolom opini (penamaan kolom ini berbeda antara media satu dengan yang lain, ada yang menamainya dengan “opini” seperti Kompas, Media Indonesia, SINDO, dsb, “gagasan” seperti Koran Jakarta, “Wacana” seperti kelompoknya Jawa Pos = Radar Tasikmalaya, Radar Banten, Sumedang Express, dan “Radar-radar” lainnya).
Selain
opini, ada ruang lain yang bisa diisi oleh kontributor luar. Seperti misal,
Republika selain punya kolom opini, ada dua bahkan tiga kolom lain; Analisis
(biasanya penulisnya dipesan karena ke-expert-annya), Resonansi (sama halnya
dengan Analisis, kolom ini ditulis oleh penulis “kawakan dan pakar” seperti
Buya Syafii Ma’arif, Prof. Azyumardi Azra, Zaim Uchrowi), dan Hikmah sendiri
yang kali ini sedang dibahas.
Untuk
rubrik Hikmah ini, bisa dikatakan merupakan yang paling mudah untuk dimasuki
para penulis awal (pemula). Mengapa? Sebab untuk menjadi penulis “Hikmah” tak
memerlukan keahlian atau “posisi penulis” laiknya di kolom lain, seperti opini.
Intinya, siapapun, asalkan tulisannya cocok dan sudah dianggap layak oleh
redaktur maka bukan mustahil akan dimuat.
10
Poin
Oke, langsung saja kita bahas ya. Ada beberapa poin yang mesti diperhatikan apabila seseorang tulisannya ingin dimuat rubrik Hikmah Republika (meskipun sekali lagi bukan jaminan).
Oke, langsung saja kita bahas ya. Ada beberapa poin yang mesti diperhatikan apabila seseorang tulisannya ingin dimuat rubrik Hikmah Republika (meskipun sekali lagi bukan jaminan).
Pertama,
sama dengan model tulisan lainnya, yakni langkah pertama perlunya memerhatikan
tema tulisan yang diangkat. Hal ini urgen karena berhubungan dengan hal-hal
seperti: apakah tema yang kita sodorkan telah sesuai dengan keinginan redaktur
dan kebijakan Republika sendiri?
Misalkan, tulisan tersebut tak bersifat memprovokasi, tidak menyangkut SARA,
tak mengadu domba ummat, dsb.
Kemudian
juga, adakalanya tema yang kita angkat sedang hangat diperbincangkan khalayak
atau tidak? Memang tak ada jaminannya, namun dengan mengangkat tema yang sedang
diperbincangkan publik kemungkinan dimuatnya lebih besar ketimbang mengangkat
tema yang sudah berlalu sebulan, setahun, atau puluhan tahun lalu. Kecuali tema
tersebut berkaitan dengan sejarah Nabi, para syuhada, kisah malaikat, jin, dsb
yang tentu sampai kapanpun akan tetap relevan.
Misalnya:
tulisan yang mengambil tema relevan: “Kuasa dan Moral” (Republika, 14/7) yang
ditulis Dr. A. Ilyas Ismail. Isinya tentu bisa ditebak, membahas mengenai
kekuasaan yang mesti dibarengi dengan kekuatan moral karena kuasa tanpa moral
akan menciptakan malapetaka bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk tulisan yang
membahas tema yang bisa dikatakan selalu relevan sepanjang masa, seperti
tulisan: “Rendah Hati” (Republika, 19/07) yang ditulis Ustaz Samson Rahman.
Karena sampai kapanpun, agama secara normatif selalu mengajarkan umatnya untuk
senantiasa berlau rendah hati. Contoh judul-judul sepanjang masa lainnya: bekas
sujud, jangan salah berdoa, dsb.
Oia, untuk kategori
tema “sepanjang masa” ini, ada kemungkinan Anda bisa mengangkatnya lagi di
kemudian hari dengan gaya penuturan, konteks tema, maupun kandungan ayat yang
berbeda dengan tulisan sebelumnya. Namun, jangan harap dalam hal ini Anda bisa
mengelabui redaktur karena “bank data” mereka begitu lengkap ihwal
tulisan-tulisan yang sudah dimuat, penulisnya siapa, dan kapan waktu
pemuatannya.
Kedua, membedah tema
yang diangkat dan sebisa mungkin merelevansikannya dengan al-Quran, hadist
Nabi, keterangan para ulama, dst. Perlu diingat, Republika merupakan medianya
orang muslim. Jadi redaktur akan lebih memprioritaskan tulisan yang didalamnya
terkandung teks suci dari al-Quran dan hadis (meskipun ada juga tulisan yang
dimuat yang tak mengandung teks ayat suci, namun itu pengecualian karena
jumlahnya sangat sedikit).
Berikut
contoh tulisannya: “Dalam Alquran, Allah SWT berkali-kali mengingatkan umat
manusia untuk tidak menyombongkan dirinya. Sebab, perbuatan sombong dan angkuh
(tidak rendah hati), akan mencelakakan dirinya sendiri. “Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman [31]: 18).
Ketiga, buatlah tulisan
pendek (antara 2500 – 3000 karakter) namun isinya padat. Disinilah mungkin
letak agak sulitnya, mesti menyesuaikan antara ide dengan ruang yang
disediakan. Tapi, itulah hukumnya, jika tulisan Anda ingin dimuat, ya patuhi
aturannya seperti itu. Jangan buat tulisan yang kepanjangan kayak makalah atau
bahkan jurnal yang sampai berlembar-lembar, dijamin sebagus apapun tulisan Anda
tak akan dimuat (itu namanya ngerjain redaktur).
Keempat, perhatikan
momentum. Poin ini erat kaitannya dengan poin nomor satu diatas. Meski tak
begitu menentukan, namun saya bisa memastikan ya antara 40-60% peluang
ketermuatannya. Coba lihat tulisannya Makmun Nawawi yang berjudul “Buktikan
dengan Perbuatan” dimuat hari Sabru, 16 Juli 2011, karena temanya lagi
hot-hotnya berisi mengenai perilaku para pemimpin nasional dan pejabat lainnya
yang gemar bicara namun miskin implementasi.
Perhatikan
cuplikan tulisannya, “Bila ditarik ke zaman kita sekarang ini, Khalifah Umar
bin Khatab menginginkan para pembantunya, tidak hanya pandai menggelar
konferensi pers, lalu menebarkan kata-kata yang manis dan berbunga-bunga, serta
tangkas dalam menangkis beragam pertanyaan yang datang bertubi-tubi. Namun,
sesungguhnya bagaimana kata-katanya itu diwujudkan secara nyata di hadapan
rakyatnya. Karena, banyak orang yang tampak amat loyal dan sangat patriotik
terhadap bangsa ini- sebagaimana tecermin dari kata-katanya-tapi mereka tak
lebih dari orang-orang oportunis yang hanya mementingkan diri sendiri dan
kelompoknya saja, serta merugikan bangsa pula.”
Kelima, jangan menulis
tema yang sudah diangkat oleh penulis lain. Sederhana memang, namun jika tak
diindahkan fatal akibatnya. Alhasil, tulisan yang diagang-gadang merupakan
karya terbaik yang pernah dibuat dalam konteks untuk kolom Hikmah, yang ada
hanya ngenden di email redaksinya. Kan, nggak lucu. Makanya, disinilah
pentingnya memelototi setiap hari supaya
kita tahu siapa saja dan tema apa saja yang sudah pernah dimuat. Ada banyak
cara supaya kita selalu tahu tulisan dengan judul dan tema apa yang sudah
pernah dimuat, meski sedikit perlu perjuangan, mulai dari datengin tukang koran
setiap hari (meski nggak beli), langganan koran (kalau kuat bayar, khususnya
buat mahasiswa dan mental orang Indonesia yang senengnya gretongan melulu),
sampai nongkrong atau bahkan punya pacar tukang jaga warnet untuk selalu update
kolom Hikmah Republika, dan banyak lagi. Yah, butuh perjuangan memang karena
kalau tak berjuang, bukan hidup namanya kawan!!
Keenam, (kalau bisa) Anda
kenal dengan redaktur atau wartawannya. Bukan untuk KKN tentunya. Logika
sederhananya, mana yang akan Anda utamakan: teman Anda atau orang yang sama
sekali tidak Anda dikenal? Tentu teman Anda, bukan? Nah, logika ini saya fikir
lumayan pas untuk menggambarkan jalinan relasi antara redaktur-penulis. Kenal
disini bukan berati akrab atau mesti tatap muka. Manfaatkanlah jejaring sosial
seperti email, facebook, twitter, blog, dsb. Atau, tak ada salahnya Anda gabung
ddan cuap-cuap di milis-milis para redaktur/wartawan. Dan, kalau sempat Anda
juga bisa datang ke kantornya.
Dulu,
saya lumayan sering datang ke kantor Republika (ambil honor dan pernah juga
ikut seminar wakilin dosen). Disitu kan, kita bisa banyak kenal “orang dalem”
Republika sendiri. Bahkan, saya pernah ditawari buat jadi wartawannya, namun
karena belum lulus kuliah, so nggak jadi dechhh…
Ketujuh, tulislah dengan
bahasa sederhana namun mengena. Jangan pakai kalimat atau kata-kata yang
njlimet karena bukan disitu tempatnya. Hikmah bukan buat sastrawan atau penyair
yang perlu tujuh kali mikir dan baca hanya untuk mencerna apa maksudnya laiknya
tulisan-tulisannya Goenawan Muhammad di “Caping” Majalah TEMPO, Budiarto
Danujaya yang membaca tulisannya bikin pusing tujuh keliling hanya untuk
mengerti satu frase saja, atau Arswendo Atmowiloto yang banyak banyolannya.
Bukan, bukan itu! Melainkan bergaya agak resmi, mengena dan tetap sederhana. Bingung
kan, membayangkannya?
Kedelapan, ini hal teknis,
usahakan kirim lewat email dan waktunya antara ba’da dhuhur sampai ba’da ashar,
lah. Lho kok? Opo mene? Biasanya para redaktur yang terhormat akan membuka
emailnya pada jam-jam segitu. Makanya, supaya email Anda yang paling atas
tumpukannya, kirimlah di waktu yang tepat dan bisa langsung dibuka duluan oleh
redaktur. Kalau sesuai, ya dimuat deh!
Kesembilan, ini diluar
teknis, berdoa, berdoa dan berdoa. Kan faham semuanya, bahwa usaha tanpa doa
sama saja SOMBONG. Sebaliknya doa tanpa usaha sama saja dengan BOHONG dan
BODONG! Jadi, terapkanlah usaha dan doa itu!
Terakhir,
menulis, menulis dan menulis. Tak ada kesuksesan yang bisa diraih sekejap mata.
Segalanya perlu proses dan proses. Mungkin pertama kali, tulisan Anda ditolak
redaktur. Itu wajar. Kedua, ketiga, sampai ketujuh kalinya masih juga ditolak.
Itu juga wajar lah. Tolong, tanamkan bahwa yang menjadi orientasi penulis
bukanlah semata hasil, melainkan yang lebih penting proses. So, tetaplah
berproses.
NB;
sebagai penyemangat, honor tulisan di Rubrik Hikmah Republika sebesar Rp 200
ribu, dipotong pajak 6%. Tak besar memang, namun jika dimuat, tulisan Anda akan
dicetak sebanyak oplah harian Republika yang puluhan ribu eksemplar. Dan
berarti puluhan ribu orang juga yang akan baca tulisan Anda. Bukankah,
disitulah letak kebahagiaan seorang penulis: ketika tulisannya dibaca orang,
bahkan bisa sampai memberikan manfaat, bukan?
Nah, selamat berjuang
dengan PENA-mu dan semoga membantu!!! Ikuti terus update tulisan mengenai media
di website ini yang Insya Allah akan dilakukan secara berkala.
8 komentar:
ooh,,sepereti itu ternyata,,terima kasih admin atas tulisannya..sangat bermanfaat untuk para kolumnis pemula seperti saya..salah kenal dari jogja..
Tipsnya mantep. Panjang, detail dan memotivasi. Trims.
Tipsnya mantep. Panjang, detail dan memotivasi. Trims.
makasih min..sangat memotivasi
makasih min..sangat memotivasi
masyaAllah mantap ini
Thanks min
Oke pak min. Mantap. Tks ya.
Posting Komentar