7 Langkah Memulai Debut Opini
Menulis Untuk Kehidupan
“Ternyata pengertian opini dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka Tahun 2002 sangat singkat, yaitu pendapat, pikiran,
pendirian. Setelah membaca pengertian itu saya
berpikir. Kalau pengertian opini sesederhana itu, mengapa banyak di
antara kita kesulitan ketika akan mulai menulis sebuah opini?
— Yudi Nopriansyah, Pimred Lampung Post
Banyak orang yang
mengaku ingin menulis opini, namun merasa tidak memiliki kemampuan yang baik
untuk menuliskannya. Bagaimana cara menulis artikel ilmiah populer yang
baik? Apa kiat untuk menembus media massa? Bagaimana bila artikel
opini yang dikirim ternyata ditolak oleh redaksi? Bagaimana mengatur
waktu untuk menulis artikel opini di tengah-tengah kesibukan kuliah, bekerja,
atau pun rutinitas rumah tangga? Pertanyaan seperti ini bukan hanya
menjadi milik mahasiswa atau orang awam. Seorang profesor atau dosen pun
kerap bertanya dan mempertanyakan.
Secara teori, artikel opini didefinisikan sebagai
tulisan lepas seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang
sifatnya aktual, dan atau kontroversi, dengan tujuan untuk memberitahu
(informatif), memengaruhi, meyakinkan, atau juga bisa menghibur pembacanya
(Mudrajad Kuncoro, 2009). Artikel opini bersifat aktual dan berisi
analisis subjektif penulis sendiri berdasarkan fakta dan data yang ada.
Gaya tulisan artikel opini adalah perpaduan antara karangan “ilmiah” dan “populer”.
Jenis tulisan ini tidak boleh terlalu “dangkal” namun juga tidak bisa terlalu
“kaku” mengingat pembaca artikel opini adalah masyarakat umum dengan berbagai
usia dan tingkat pendidikan.
Dari segi peluang, artikel opini memiliki ruang
lebih banyak daripada puisi dan cerpen yang hanya dimuat tiap minggu.
Artikel opini biasanya dimuat setiap hari di koran atau media massa
elektronik dan diletakkan di halaman tengah bersama tajuk rencana dan surat
pembaca. Keterbatasan ruang di dalam sebuah majalah atau koran membuat artikel
opini tidak ditulis dalam karangan yang panjang. Jumlah karakter dalam
satu tulisan artikel opini biasanya sekitar 5000-6000 karakter atau sekitar 5-6
halaman kuarto spasi ganda.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah :
bagaimana mengawali sebuah tulisan opini? Ibarat menyelesaikan soal-soal
UMPTN yang punya banyak cara dan metode penyelesaian, teknik menulis artikel
opini pun demikian. Banyak jalan menuju Roma. Berikut ini adalah
tujuh langkah memulai debut tulisan ilmiah populer yang saya coba bagi untuk
para penulis pemula yang sangat berniat menulis artikel opini di media cetak.
.
satu
::: TENTUKAN TEMA (CURRENT ISSUE)
Setiap hari kita menerima banyak sekali informasi,
mulai dari kejadian kecil yang terjadi di sekitar kita sampai bencana di sebuah
negeri bernama Palestina. Seorang penulis dituntut untuk menjadi
seseorang yang peka dan jeli atas informasi yang diterimanya. Dari semua
informasi yang kita terima setiap harinya itu, pilihlah salah satu informasi
yang kita anggap paling menarik. Atau bisa juga informasi itu cukup
mengusik pikiran dan hati kita.
.
dua
::: TENTUKAN MEDIA CETAK YANG DITUJU
Cari media cetak yang mudah kita dapatkan.
Akan lebih baik jika kita memilih koran yang menjadi langganan institusi,
kantor, kampus, atau perpustakaan di sekolah. Hal ini akan memudahkan
kita dalam mengamati tulisan-tulisan opini yang dimuat setiap harinya di koran
tersebut. Selain itu, kita juga bisa menghemat pengeluaran untuk membeli
koran setiap harinya. Untuk penentuan koran lokal atau nasional adalah
hak prerogratif penulis.
Baca terus tulisan-tulisan yang dimuat di rubrik
opini koran tersebut. Pelajari karakter tulisan seperti apa yang
diinginkan oleh redaksi koran tersebut. Baca juga bagian tajuk rencana
untuk lebih mengenal karakter tulisan koran tersebut. Cari alamat redaksi
untuk pengiriman tulisan opini, berapa panjang tulisan atau jumlah karakter
huruf yang diperbolehkan, syarat pengiriman, data pribadi yang harus
dilampirkan dalam tulisan, dan lain-lain.
.
tiga
::: BACA! DATA! FAKTA!
There’s
no writing without reading. Cari data dan fakta
yang mendukung tulisan kita. Sebuah tulisan opini tidak akan dipercaya
oleh publik ketika ia ditulis berdasar gosip atau kabar angin belaka.
Pengumpulan materi tulisan bisa dilakukan dengan pengamatan (observasi)
langsung, membaca buku literatur, atau pun bertanya pada orang-orang yang
bersentuhan dengan objek tulisan kita.
Baca!
Tidak bisa tidak. Baca buku, baca keadaan, dan baca lingkungan. Hal
ini selain bermanfaat untuk mengumpulkan data dan fakta, juga berguna untukmake a sense. Baik itu perasaan emosional,
senang, sedih, bangga, prihatin, maupun sense of belonging. Buat pembaca seolah-olah ikut melihat
sendiri objek tulisan kita. Bawa perasaan pembaca hanyut dalam sense yang kita inginkan melalui
diksi yang kita gunakan. Baik itu bahasa parodi, kata-kata penuh
retorika, satire, sindiran, dan sebagainya.
.
empat
::: MULAI MENULIS
Ketujuh
langkah ini akan menjadi sia-sia jika kita tidak pernah memulai untuk
menulis. Sebuah tulisan opini biasanya terdiri dari paragraf pembuka,
paragraf data dan fakta, paragraf pendapat pribadi kita, dan paragraf penutup
atau pemecahan masalah. Jika kita mengamati tulisan-tulisan opini di
media cetak, di bagian paragraf penutupnya ditawarkan beberapa alternatif
solusi. Hal ini bisa ditandai dengan kalimat, “berikut ini ada beberapa
tawaran solusi permasalahan yang penulis coba tawarkan … Pertama,
… Kedua, … Ketiga, … Keempat, … dst.”
Setelah tulisan diselesaikan, mintalah bantuan
beberapa teman untuk membacanya. Tanyakan kepada mereka apakah ada yang
perlu dikoreksi atau diperbaiki dalam tulisan kita. Misalnya saja dari
gaya bahasa yang digunakan, kesalahan ketik, atau data yang kita sajikan kurang
meyakinkan. Masukan dan kritikan yang datang dari kawan-kawan ini jangan
justru menyurutkan langkah kita untuk mengirim tulisan. Kalau kritik itu
masih relevan dan logis, maka bisa kita gunakan. Tapi jika tulisan itu
hanya berniat menjatuhkan, maka tetaplah bersikukuh pada niat awal ketika mulai
menulis.
Jika tulisan itu berisi kritik, maka berhati-hatilah
ketika menyebut sebuah nama. Baik itu nama seseorang, perusahaan,
jabatan, instansi, suku, ras, agama, atau negara tertentu. Sikap cerdas
dan berhati-hati, akan menghindarkan kita dari permasalahan hukum terkait
pencemaran nama baik melalui tulisan.
.
lima ::: KIRIM
TULISAN
Tulisan
bisa dikirim melalui dua media, yakni via pos maupun surat elektronik.
Untuk pengiriman via pos, sertakan pula disket atau CD yang berisi softcopytulisan
kita. Jangan lupa juga menyertakan syarat-syarat yang harus dicantumkan
dalam tulisan opini kita, seperti fotokopi identitas diri, pas foto, maupun
nomor yang bisa dihubungi. Beberapa orang berpendapat bahwa sebuah
tulisan ketika dikirim ke suatu redaksi akan lebih sopan jika dilampiri dengan
surat pengantar.
Surat Pengantar tersebut biasanya berisi tulisan
sebagai berikut :
Yogyakarta,
7 Mei 2010
Kepada
Yth.
Redaksi
PELANGI KATA
di
tempat
Bersama
ini, saya kirimkan satu tulisan opini berjudul “Saat Goresan Kata Menciptakan
Warna Ide yang Nyata” untuk dimuat di Rubrik Opini media cetakPELANGI KATA yang Bapak/Ibu
pimpin. Softkopi tulisan ini telah dikirimkan via imel ke alamat
opini@pelangikata.com. Atas bantuan dan pemberitahuan atas dimuat atau
tidaknya tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih.
Salam,
(Nama
Penulis)
(Biodata
Singkat Penulis, berisi Nama Lengkap, Alamat, Pekerjaan, Nomor Telepon yang
Bisa Dihubungi, dan Alamat Email)
.
enam
::: BERSABAR MENANTI KABAR
Tunggulah kabar dari redaksi koran tersebut dalam
kurun waktu 3-7 hari. Ada beberapa redaksi yang berkenan memberikan kabar
melalui SMS atau surat elektronik ketika tulisan kita dimuat oleh koran
mereka. Namun ada pula redaksi yang tidak memberi kabar tentang dimuat
atau tidaknya tulisan kita. Nah, disinilah kita harus berperan aktif
dalam memantau kiriman tulisan kita.
Ada beberapa hal bisa kita lakukan selama masa
menunggu ini. Misalnya saja dengan sering berkunjung ke agensi koran
terdekat, atau mencari koran tersebut di kantor dan perpustakaan untuk menengok
rubrik opini. Bisa juga kita mengontak dan bertanya langsung ke pihak
redaksi, baik melalui telepon, surat elektronik, maupun meminta informasi
langsung dengan berkunjung ke kantor redaksi koran tersebut.
.
tujuh
::: TIDAK ADA KATA GAGAL!
Jika tulisan kita ternyata tidak dimuat di koran
tersebut, yang biasanya dijawab dengan “tidak ada ruang untuk tulisan Anda”
oleh pihak redaksi, maka jangan putus asa. Bersedih boleh, tapi segera
cari strategi agar tulisan kita tidak menjadi “sampah” belaka. Gunting,
potong, dan buang bagian tulisan yang menurut redaksi atau menurut kita
memiliki kekurangan. Perbaiki, kemudian kirim lagi ke media cetak
lain. Bisa juga kita mengirimkan tulisan kita tersebut ke webpublik
seperti detik.com, okezone.com, wikimu, blog, dan lain-lain. Ketersediaan
ruang bagi tulisan kita di webpublik cenderung lebih luas karena webpublik
tidak dibatasi oleh jumlah kertas dan halaman.
.
Semoga tips yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi
siapa pun yang berniat memulai debut tulisan opini di media cetak maupun situs
berita elektronik. Tidak ada kata menyerah dalam menulis. Tulis,
Kirim, Tolak, Edit, Kirim, Tulis lagi, Kirim lagi, Edit lagi, Kirim lagi,
begitu seterusnya. Langkah nomer satu sampai dengan nomer tujuh adalah
sebuah siklus. Tidak harus berpatokan persis seperti langkah-langkah di
atas. Tapi paling tidak tulisan ini dibuat untuk menjadi acuan bagi
penulis pemula yang ingin memulai debut tulisan populernya.
Akhir kata, selamat mempraktikkan ketujuh langkah
diatas. Selamat menulis, selamat memulai debut, dan sampai jumpa lagi di
rubrik opini media massa!^^ (blog.akusukamenulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar