Cari Blog Ini


7 Langkah Memulai Debut Opini

Written By Menulis untuk Kehidupan on Kamis, 14 Juni 2012 | Kamis, Juni 14, 2012


7 Langkah Memulai Debut Opini
Menulis Untuk Kehidupan

“Ternyata pengertian opini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka Tahun 2002 sangat singkat, yaitu pendapat, pikiran, pendirian.  Setelah membaca pengertian itu saya berpikir.  Kalau pengertian opini sesederhana itu, mengapa banyak di antara kita kesulitan ketika akan mulai menulis sebuah opini?
—  Yudi Nopriansyah, Pimred Lampung Post

Banyak orang yang mengaku ingin menulis opini, namun merasa tidak memiliki kemampuan yang baik untuk menuliskannya.  Bagaimana cara menulis artikel ilmiah populer yang baik?  Apa kiat untuk menembus media massa?  Bagaimana bila artikel opini yang dikirim ternyata ditolak oleh redaksi?  Bagaimana mengatur waktu untuk menulis artikel opini di tengah-tengah kesibukan kuliah, bekerja, atau pun rutinitas rumah tangga?  Pertanyaan seperti ini bukan hanya menjadi milik mahasiswa atau orang awam.  Seorang profesor atau dosen pun kerap bertanya dan mempertanyakan.
Secara teori, artikel opini didefinisikan sebagai tulisan lepas seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual, dan atau kontroversi, dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), memengaruhi, meyakinkan, atau juga bisa menghibur pembacanya (Mudrajad Kuncoro, 2009).    Artikel opini bersifat aktual dan berisi analisis subjektif penulis sendiri berdasarkan fakta dan data yang ada.  Gaya tulisan artikel opini adalah perpaduan antara karangan “ilmiah” dan “populer”.  Jenis tulisan ini tidak boleh terlalu “dangkal” namun juga tidak bisa terlalu “kaku” mengingat pembaca artikel opini adalah masyarakat umum dengan berbagai usia dan tingkat pendidikan.
Dari segi peluang, artikel opini memiliki ruang lebih banyak daripada puisi dan cerpen yang hanya dimuat tiap minggu.  Artikel opini biasanya dimuat setiap hari di koran atau media massa elektronik dan diletakkan di halaman tengah bersama tajuk rencana dan surat pembaca.  Keterbatasan ruang di dalam sebuah majalah atau koran membuat artikel opini tidak ditulis dalam karangan yang panjang.  Jumlah karakter dalam satu tulisan artikel opini biasanya sekitar 5000-6000 karakter atau sekitar 5-6 halaman kuarto spasi ganda.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah  :  bagaimana mengawali sebuah tulisan opini?  Ibarat menyelesaikan soal-soal UMPTN yang punya banyak cara dan metode penyelesaian, teknik menulis artikel opini pun demikian.  Banyak jalan menuju Roma.  Berikut ini adalah tujuh langkah memulai debut tulisan ilmiah populer yang saya coba bagi untuk para penulis pemula yang sangat berniat menulis artikel opini di media cetak.
.
satu  :::   TENTUKAN TEMA (CURRENT ISSUE)
Setiap hari kita menerima banyak sekali informasi, mulai dari kejadian kecil yang terjadi di sekitar kita sampai bencana di sebuah negeri bernama Palestina.  Seorang penulis dituntut untuk menjadi seseorang yang peka dan jeli atas informasi yang diterimanya.  Dari semua informasi yang kita terima setiap harinya itu, pilihlah salah satu informasi yang kita anggap paling menarik.  Atau bisa juga informasi itu cukup mengusik pikiran dan hati kita.
.
dua  :::  TENTUKAN MEDIA CETAK YANG DITUJU
Cari media cetak yang mudah kita dapatkan.  Akan lebih baik jika kita memilih koran yang menjadi langganan institusi, kantor, kampus, atau perpustakaan di sekolah.  Hal ini akan memudahkan kita dalam mengamati tulisan-tulisan opini yang dimuat setiap harinya di koran tersebut.  Selain itu, kita juga bisa menghemat pengeluaran untuk membeli koran setiap harinya.  Untuk penentuan koran lokal atau nasional adalah hak prerogratif penulis.
Baca terus tulisan-tulisan yang dimuat di rubrik opini koran tersebut.  Pelajari karakter tulisan seperti apa yang diinginkan oleh redaksi koran tersebut.  Baca juga bagian tajuk rencana untuk lebih mengenal karakter tulisan koran tersebut.  Cari alamat redaksi untuk pengiriman tulisan opini, berapa panjang tulisan atau jumlah karakter huruf yang diperbolehkan, syarat pengiriman, data pribadi yang harus dilampirkan dalam tulisan, dan lain-lain.
.
tiga  :::  BACA! DATA! FAKTA!
There’s no writing without reading. Cari data dan fakta yang mendukung tulisan kita.  Sebuah tulisan opini tidak akan dipercaya oleh publik ketika ia ditulis berdasar gosip atau kabar angin belaka.  Pengumpulan materi tulisan bisa dilakukan dengan pengamatan (observasi) langsung, membaca buku literatur, atau pun bertanya pada orang-orang yang bersentuhan dengan objek tulisan kita.
Baca!  Tidak bisa tidak.  Baca buku, baca keadaan, dan baca lingkungan.  Hal ini selain bermanfaat untuk mengumpulkan data dan fakta, juga berguna untukmake a sense. Baik itu perasaan emosional, senang, sedih, bangga, prihatin, maupun sense of belonging. Buat pembaca seolah-olah ikut melihat sendiri objek tulisan kita.  Bawa perasaan pembaca hanyut dalam sense yang kita inginkan melalui diksi yang kita gunakan.  Baik itu bahasa parodi, kata-kata penuh retorika, satire, sindiran, dan sebagainya.
.
empat  :::  MULAI MENULIS
Ketujuh langkah ini akan menjadi sia-sia jika kita tidak pernah memulai untuk menulis.  Sebuah tulisan opini biasanya terdiri dari paragraf pembuka, paragraf data dan fakta, paragraf pendapat pribadi kita, dan paragraf penutup atau pemecahan masalah.  Jika kita mengamati tulisan-tulisan opini di media cetak, di bagian paragraf penutupnya ditawarkan beberapa alternatif solusi.  Hal ini bisa ditandai dengan kalimat, “berikut ini ada beberapa tawaran solusi permasalahan yang penulis coba tawarkan …  Pertama, …  Kedua, …  Ketiga, …  Keempat, …  dst.
Setelah tulisan diselesaikan, mintalah bantuan beberapa teman untuk membacanya.  Tanyakan kepada mereka apakah ada yang perlu dikoreksi atau diperbaiki dalam tulisan kita.  Misalnya saja dari gaya bahasa yang digunakan, kesalahan ketik, atau data yang kita sajikan kurang meyakinkan.  Masukan dan kritikan yang datang dari kawan-kawan ini jangan justru menyurutkan langkah kita untuk mengirim tulisan.  Kalau kritik itu masih relevan dan logis, maka bisa kita gunakan.  Tapi jika tulisan itu hanya berniat menjatuhkan, maka tetaplah bersikukuh pada niat awal ketika mulai menulis.
Jika tulisan itu berisi kritik, maka berhati-hatilah ketika menyebut sebuah nama.  Baik itu nama seseorang, perusahaan, jabatan, instansi, suku, ras, agama, atau negara tertentu.  Sikap cerdas dan berhati-hati, akan menghindarkan kita dari permasalahan hukum terkait pencemaran nama baik melalui tulisan.
.
lima :::  KIRIM TULISAN
Tulisan bisa dikirim melalui dua media, yakni via pos maupun surat elektronik.  Untuk pengiriman via pos, sertakan pula disket atau CD yang berisi softcopytulisan kita.  Jangan lupa juga menyertakan syarat-syarat yang harus dicantumkan dalam tulisan opini kita, seperti fotokopi identitas diri, pas foto, maupun nomor yang bisa dihubungi.  Beberapa orang berpendapat bahwa sebuah tulisan ketika dikirim ke suatu redaksi akan lebih sopan jika dilampiri dengan surat pengantar.
Surat Pengantar tersebut biasanya berisi tulisan sebagai berikut  :
Yogyakarta,  7 Mei  2010
Kepada Yth.
Redaksi PELANGI KATA
di tempat
Bersama ini, saya kirimkan satu tulisan opini berjudul “Saat Goresan Kata Menciptakan Warna Ide yang Nyata” untuk dimuat di Rubrik Opini media cetakPELANGI KATA yang Bapak/Ibu pimpin.  Softkopi tulisan ini telah dikirimkan via imel ke alamat opini@pelangikata.com.  Atas bantuan dan pemberitahuan atas dimuat atau tidaknya tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih.
Salam,
(Nama Penulis)
(Biodata Singkat Penulis, berisi Nama Lengkap, Alamat, Pekerjaan, Nomor Telepon yang Bisa Dihubungi, dan Alamat Email)
.
enam  :::  BERSABAR MENANTI KABAR
Tunggulah kabar dari redaksi koran tersebut dalam kurun waktu 3-7 hari.  Ada beberapa redaksi yang berkenan memberikan kabar melalui SMS atau surat elektronik ketika tulisan kita dimuat oleh koran mereka.  Namun ada pula redaksi yang tidak memberi kabar tentang dimuat atau tidaknya tulisan kita.  Nah, disinilah kita harus berperan aktif dalam memantau kiriman tulisan kita.
Ada beberapa hal bisa kita lakukan selama masa menunggu ini.  Misalnya saja dengan sering berkunjung ke agensi koran terdekat, atau mencari koran tersebut di kantor dan perpustakaan untuk menengok rubrik opini.  Bisa juga kita mengontak dan bertanya langsung ke pihak redaksi, baik melalui telepon, surat elektronik, maupun meminta informasi langsung dengan berkunjung ke kantor redaksi koran tersebut.
.
tujuh   :::  TIDAK ADA KATA GAGAL!
Jika tulisan kita ternyata tidak dimuat di koran tersebut, yang biasanya dijawab dengan “tidak ada ruang untuk tulisan Anda” oleh pihak redaksi, maka jangan putus asa.  Bersedih boleh, tapi segera cari strategi agar tulisan kita tidak menjadi “sampah” belaka.  Gunting, potong, dan buang bagian tulisan yang menurut redaksi atau menurut kita memiliki kekurangan.  Perbaiki, kemudian kirim lagi ke media cetak lain.  Bisa juga kita mengirimkan tulisan kita tersebut ke webpublik seperti detik.com, okezone.com, wikimu, blog, dan lain-lain.  Ketersediaan ruang bagi tulisan kita di webpublik cenderung lebih luas karena webpublik tidak dibatasi oleh jumlah kertas dan halaman.
.
Semoga tips yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi siapa pun yang berniat memulai debut tulisan opini di media cetak maupun situs berita elektronik.  Tidak ada kata menyerah dalam menulis.  Tulis, Kirim, Tolak, Edit, Kirim, Tulis lagi, Kirim lagi, Edit lagi, Kirim lagi, begitu seterusnya.  Langkah nomer satu sampai dengan nomer tujuh adalah sebuah siklus.  Tidak harus berpatokan persis seperti langkah-langkah di atas.  Tapi paling tidak tulisan ini dibuat untuk menjadi acuan bagi penulis pemula yang ingin memulai debut tulisan populernya.
Akhir kata, selamat mempraktikkan ketujuh langkah diatas.  Selamat menulis, selamat memulai debut, dan sampai jumpa lagi di rubrik opini media massa!^^  (blog.akusukamenulis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar